Bab 1
Festival Film Cabrera, tepat pada sesi acara penghargaan.
Bintang baru yang sedang naik daun, Celia Zuhair, memenangkan penghargaan Aktris Utama Terbaik untuk pertama kalinya. Pembawa acara bertanya bagaimana perasaannya dan keinginannya merayakan kemenangan itu.
Celia mengarahkan matanya pada Cavero Fahri, aktor senior yang memberikan penghargaan di sampingnya.
"Apa boleh aku minta gelang cendana yang sedang Cavero pakai?"
Pernyataan ini langsung membuat semua orang di tempat itu terkejut.
Semua orang di industri hiburan mengetahui bahwa aktor pemenang penghargaan, Cavero, memiliki gelang cendana yang tidak pernah dia lepas dan sangat dia sayangi.
Dia telah mengenakan gelang ini sejak debut.
Bahkan, beredar gosip di kalangan selebritas, Cavero pernah mendapat tawaran menjadi model iklan jam tangan mewah.
Merek tersebut meminta Cavero mengenakan jam tangan terkait saja dan melepas gelang cendana, tetapi Cavero langsung menolaknya.
Dia lebih memilih menolak tawaran iklan itu daripada melepas gelang cendana kesayangannya.
Karena alasan ini, merek tersebut merancang jam tangan Zen khusus untuknya supaya serasi dengan gelang cendana miliknya.
Apakah Celia gila hingga berani sekali meminta gelang cendana milik aktor terkenal itu?
Pembawa acara di panggung pun terlihat terpaku, bingung harus bagaimana meresponsnya.
Semua orang menunggu Cavero menolak Celia.
Tidak disangka, dia malah tertawa kecil, lalu melepas santai gelang cendananya, kemudian memasangkannya di pergelangan tangan Celia.
Rhea diam-diam menyaksikan semua kejadian ini dari bangku penonton
Tidak ada yang tahu, Cavero adalah kekasihnya selama lima tahun terakhir.
Tidak ada yang tahu, gelang kayu cendana itu menjadi buah perjuangannya mendaki ribuan anak tangga di Gunung Pace sambil berdoa pada setiap langkahnya.
Tidak seorang pun tahu bahwa pola teratai di gelang cendana itu diukir tangannya sendiri.
Celia, yang ada di atas panggung, melambaikan pergelangan tangan penuh ekspresi sukacita.
"Terima kasih untuk senior saya, Cavero Fahri, atas bimbingan dan dorongannya. Saya akan terus bekerja keras dan memberi lebih banyak karya hebat kepada para penonton."
Suaranya terdengar semanis dirinya.
Cavero tersenyum tipis, lalu menoleh ke tempat duduk Rhea. Tanpa dia sadari, tempat itu sudah kosong.
Senyumnya perlahan memudar.
Rhea meninggalkan tempat acara tersebut dan kembali ke kantornya. Sepanjang perjalanan, samar-samar dia mendengar banyak orang membicarakan interaksi Cavero dan Celia di acara penghargaan.
Matanya perih, sehingga dia berbalik dan masuk ke kamar mandi.
Dia memercikkan air dingin ke wajahnya, sontak menatap dirinya di cermin.
Penampilannya yang acak-acakan karena melarikan diri dalam kepanikan langsung membuatnya matanya kemerahan.
Dia mengenal Cavero selama tujuh tahun dan keduanya telah lima tahun berpacaran. Dia selalu menemani Cavero sejak pria itu belum dikenal hingga menjadi seorang aktor terkenal.
Selama itu, segala lelah dan perih yang Rhea rasakan selalu diterima dengan ikhlas demi Cavero.
Ketika mereka pertama kali mulai berpacaran, dia melihat foto Celia di ponsel Cavero.
Dia menjelaskan dengan lugas, Celia adalah tetangga yang sudah dikenalnya sejak lama.
Rhea pun memercayainya.
Tiga tahun berikutnya, dia rela meninggalkan impiannya sebagai sutradara demi mendukung karier Cavero.
Karena Cavero tidak terkenal dan begitu sulit mendapat peran bagus, Rhea berulang kali menghadap orang-orang dan memohon untuknya.
Perusahaan tidak mau membuang terlalu banyak sumber daya untuk seorang aktor pendatang baru.
Jadi, Rhea mengambil berbagai peran, mulai dari menjadi manajer, asisten, hingga fotografer untuk Cavero.
Namun, ada satu peran yang dia lupa lakukan, yakni menjadi dirinya sendiri.
Kadang-kadang, ketika tidak ada jadwal syuting, Cavero akan memeluk Rhea dan keduanya akan duduk di sofa, lalu bersama-sama membayangkan masa depan.
"Rhea, kalau aku sudah menjadi aktor terbaik, aku akan lamar kamu dan mengadakan pernikahan paling meriah untukmu. Bagaimana?"
Dia memeluk pinggang Cavero, tampak penuh harap saat berkata "ya".
Pada saat itu, Rhea berjuang sekuat tenaga untuk Cavero, begitu pula dengan Cavero serta kerja kerasnya.
Tiga tahun kemudian, dia berhasil menjadi aktor terbaik.
Namun, Rhea belum menerima lamarannya. Sebaliknya, Cavero lebih dulu menyambut kepulangan tetangganya, Celia.
Selama dua tahun, pria tersebut berulang kali meninggalkan Rhea demi Celia.
Bukan berarti Rhea tidak pernah mempermasalahkan hal itu.
Cavero menjelaskan, Celia tidak punya siapa pun yang bisa diandalkan di negeri ini dan industri hiburan dipenuhi oleh macam-macam orang, dari baik hingga yang jahat. Sebagai kakak, dia ingin lebih memperhatikan Cavero sekaligus bukti persahabatan mereka bertahun-tahun.
Rhea menutup matanya dengan tangan, tetapi air matanya tetap menetes.
Persahabatan mereka adalah segalanya.
Lalu, bagaimana dengannya?
Selama dua tahun ini, Cavero terus mendukung Celia, menyerahkan naskah, dan tawaran kerja sama. Rhea menahan semuanya dengan sabar.
Sayangnya, hasil dari ketabahannya adalah Cavero yang memberikan gelang cendana itu pada Celia.
Dulu, mengapa dia jatuh cinta pada Cavero?
Rhea berpikir sejenak. Apa karena kesamaan status mereka sebagai yatim piatu atau karena Cavero menyelamatkannya tanpa ragu saat dia hampir tenggelam?
Meskipun ada banyak orang di dunia berbagi rasa sakit yang sama, mengapa hanya dia yang merasakannya?
Apa karena utang nyawa? Bertahun-tahun dia meninggalkan karier, memberikan segalanya untuk Cavero, bahkan membantu pria itu meraih mimpinya. Bukankah utangnya sudah lunas?
Ketika Rhea mendongak kembali, ekspresinya kembali tenang.
Dua tahun sudah nyaris menghabiskan seluruh cintanya.
Karena sudah menjadi kebiasaan, hal pertama yang dia lakukan saat kembali ke kantor adalah membuka Aplikasi X.
"#GelangCendanaKesayanganCaverountukCelia"
Tagar itu ada di puncak pencarian, tampaknya juga makin viral.
Jari-jarinya agak gemetar.
Dia membuka unggahan pertama, yakni sebuah video.
Video itu adalah hasil editan penggemar yang memperlihatkan adegan Celia meminta gelang kepada Cavero.
Saat itu, Cavero membelakangi Rhea.
Baru saat itulah, Rhea melihat ekspresinya.
Cavero, sosok yang dingin dan serius, tampak sangat lembut ketika memasangkan gelang ke pergelangan tangan Celia.
Para penggemar pasangan ini sangat antusias menanggapi video tersebut, bahkan melampaui tiga juta jumlah penyuka selama setengah hari.
Video itu diputar berulang kali secara otomatis.
Ketika Cavero begitu santai melepas gelang itu, Rhea seketika teringat ekspresi kaget sekaligus cinta di mata Cavero saat dia yang mengenakan gelang itu untuknya.
Dia memegang dadanya. Rasa sakit yang menyesakkan serasa hendak menelannya.
Ponsel itu terasa panas di tangannya hingga dia lemparkan ke meja.
Video itu diputar berulang-ulang.
Malam perlahan tiba, menyisakan cahaya dari layar ponsel saja.
Seseorang membuka pintu dan menyalakan lampu.
Rhea mengangkat tangan untuk menghalangi cahaya. Pada saat bersamaan, ponselnya mati karena kehabisan baterai.
Raut wajah Cavero terlihat datar. Keningnya agak mengernyit ketika mendapati gadis itu tampak begitu lelah.
"Kenapa kamu pulang duluan? Aku sudah cari kamu ke sana kemari, baru tahu kamu sudah pergi."
Dia mendekat dan berusaha menyentuh wajah Rhea.
Rhea memalingkan wajah untuk menghindar, lalu bersandar pada sesuatu untuk berdiri.
Saat mendongak, tidak ada emosi di matanya.
"Kenapa kamu kelihatan nggak senang begitu? Siapa yang sudah membuatmu marah?" tanya Cavero acuh tak acuh.
Meskipun Rhea sudah memutuskan bahwa ini bukan pertama kalinya menghadapi sikap Cavero yang seperti itu.
Hatinya yang mulai tenang kembali terasa sakit.
Dia mencoba tersenyum, tetapi senyum itu tidak sampai ke ujung matanya.
"Cavero, ukuran gelang itu pas di tanganmu, tapi terlihat besar buat Celia. Maukah kamu kembalikan padaku supaya bisa kuperkecil untuknya?"
Cavero mengernyitkan kening dan menjelaskan, "Aku nggak enak menolak di panggung tadi. Paling Celia cuma penasaran."
"Lagi pula, gelang itu memang nggak cocok buat dia. Kalau kamu nggak rela aku kasih gelang itu ke dia, tunggu saja beberapa hari sampai dia bosan, nanti kuambil gelangnya."
Cavero juga tahu kalau ini kurang pantas.
Namun, dia tidak tahan untuk menolak di atas panggung tadi. Belum lagi mata Celia yang menatapnya penuh harap.
Sekalipun Celia memang hanya main-main dan tidak serius dengan perkataannya, dia tidak bisa membiarkan Celia malu di acara penghargaan.
Rhea masih ingin dia memakai gelang itu. Jadi, dia akan mengambilnya kembali.
Masalah sekecil itu sungguh tidak pantas untuk diributkan.
Dia mengulurkan tangan, ingin memeluk Rhea untuk menenangkannya.
Rhea kembali menghindar. "Jangan sentuh aku dengan tangan yang sudah menyentuh wanita lain. Aku muak."
"Apa maksudmu?" tanya Cavero dengan wajah agak muram.
"Kita putus," jawab Rhea dengan tegas.
Cavero memijat dahinya, terlihat lelah.
"Aku syuting tanpa henti akhir-akhir ini, bahkan tanpa istirahat. Buat siapa aku kerja keras seperti ini?"
"Begitu ada waktu, aku langsung datang menemuimu. Sekarang, kamu marah hanya karena gelang itu?"
Rhea tertawa sinis. "Kamu kerja keras buat dirimu sendiri, bukan untukku. Lagi pula, kamu memang nggak pernah menolak orang lain, kenapa malah menyalahkan aku?"
Ekspresi Cavero sontak berubah dingin ketika melihat Rhea masih mencecarnya. "Rhea, apa aku terlalu memanjakanmu? Jangan kira karena aku mencintaimu, kamu bisa marah seenaknya!"
"Mulai sekarang, hentikan semua pekerjaanmu. Pulang dan tenangkan diri."
"Kalau kamu sudah benar-benar tenang dan tahu cara bicara yang pantas, kita bicara lagi!"