Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 1

Naomi berdiri di depan jendela besar dengan jubah sutra yang membalut tubuhnya. Dia menatap kelap-kelip cahaya di kejauhan, lalu setelah beberapa lama, dia mengeluarkan ponsel dan menelepon. "Aku setuju dengan perjodohan itu." Ada keheningan di ujung telepon sebelum suara ayahnya, Roberto Bristol, yang tidak bisa menyembunyikan keterkejutan dan kegembiraannya terdengar. "Nana, kapan kamu akan kembali? Ayah akan menjemputmu." Sudah lama tidak ada yang memanggilnya dengan nama kecil itu sehingga membuat hidung Naomi terasa asam. "Senin depan." Setelah mengatakan itu, Naomi langsung menutup telepon. Setelah ibunya meninggal, pria ini segera membawa masuk wanita lain beserta putrinya ke rumah. Naomi membenci mereka, tetapi perusahaan yang ditinggalkan ibunya tidak boleh jatuh ke tangan istri dan putri baru ayahnya begitu saja. Dulu, demi Sean, dia bertahan dan terus berusaha beradaptasi. Namun, sekarang, semua itu sudah tidak ada artinya lagi. Dia akan mengambil kembali apa yang menjadi miliknya dengan cara paling langsung. Begitu memikirkan Sean, hatinya kembali terasa perih. Pada pukul 8.30 malam, Naomi meletakkan masakan yang dia buat sendiri di atas meja. Pada saat yang sama, Sean mengirim pesan. "Aku ada urusan di kantor, jadi jangan tunggu aku." Seluruh tubuh Naomi terasa kaku saat menatap pesan itu. Hari ini adalah ulang tahunnya yang ke-23, sekaligus peringatan lima tahun hubungannya dengan Sean. Sejak pukul enam sore, dia terus menelepon dan mengirim pesan kepada Sean. Teleponnya tidak diangkat dan pesan dibalas sesekali dengan satu kata: "Sibuk." Di kotak obrolan WhatsApp, itu seakan hanya dirinya yang berbicara. "Aku pesan steik Tomahawk ... " "Bunganya mawar dan lili ... " "Anggurnya yang paling kamu suka, aku ambil langsung dari kilang anggur tadi sore." "Lilin aroma terapi yang kubuat sudah siap, wangi gardenia, malam ini aku pasang untukmu." Selama 13 tahun, Sean tidak pernah absen di hari ulang tahunnya. Naomi tidak rela dan sekali lagi mencoba menelepon Sean. Namun, kali ini, ponsel pria itu sudah mati. Saat dia menundukkan kepala dan melihat waktu pesan terakhir yang dikirim Sean, ponselnya kembali bergetar. Kali ini dari pemberitahuan status teman yang diikutinya. "Konser Maestro VIN yang sudah lama aku tunggu-tunggu." Gambar di bawahnya menunjukkan dua lengan bersisian, milik seorang pria dan wanita. Di bawah cahaya redup, kancing manset pria itu tampak jelas. Bentuk bunga gardenia berhiaskan berlian, desain khusus yang Naomi pesan secara pribadi untuk Sean. Itu adalah pola favorit Sean dan hanya ada satu pola seperti itu di seluruh Kota Lunar. Naomi mencengkeram ponselnya erat-erat. Tangannya gemetar saat dia memperbesar dan mengecilkan gambar itu berulang kali, sampai matanya terasa panas dan berair. Kemudian, dia melempar ponselnya ke meja, bernapas tersengal-sengal seperti ikan yang hampir mati lemas. Pada hari pertama konser tur nasional Maestro VIN, dia sudah membeli tiket. Saat itu, dia berkata kalau konser ini adalah hadiah ulang tahun yang paling dia inginkan. Sean berjanji akan menemaninya. Namun, saat konser akan dimulai, dia malah membatalkan janji. Sekarang, pada hari ulang tahunnya, Sean malah meninggalkannya dan membawa Valerie ke sana. Rasa sakit di hatinya menjalar ke seluruh tubuhnya. Naomi mengangkat kedua tangannya untuk menutupi wajahnya, merasa sangat malu sehingga dia tidak bisa lagi menipu dirinya sendiri. Saat masih kecil, dia sering sakit-sakitan. Di usia 10 tahun, dia pindah dari Kota Lanbourg ke Kota Lunar untuk pemulihan dan bertemu Sean. Meski tubuhnya sudah membaik, dia tetap tidak ingin kembali ke Kota Lanbourg karena Sean. Sean yang dua tahun lebih tua darinya, selalu melindunginya, memanjakannya, dan menemaninya dari SMP hingga kuliah. Saat dia berusia 18 tahun, pria itu bahkan tidak sabar untuk mengungkapkan perasaannya. Dia memberinya bunga paling indah dan berjanji akan mencintainya seumur hidup. Namun, kapan perubahan itu mulai terjadi? Mungkin sejak hari Sean mengenalkan Valerie kepadanya. Saat itu, gadis lemah lembut berbaju putih itu tersenyum malu-malu, tampak rapuh dan tidak percaya diri. "Kak Sean, aku hanya seorang anak asuh dari Nona Naomi." Gadis itu seperti bunga bakung liar yang tumbuh di tebing, keras kepala tetapi menggugah naluri pelindung pria. Sejak saat itu, setiap kali ada pilihan antara Naomi dan Valerie, sembilan dari sepuluh kali Sean akan memilih Valerie. Naomi pernah protes dan pernah marah. Namun, Sean hanya menatapnya dengan kerutan di dahi dan ekspresi kecewa. "Valerie sedang nggak sehat. Dia nggak sekuat kamu, jadi jangan bersikap kasar padanya." Hanya karena tidak sehat, itu bisa menjadi alasan untuk merebut pacarnya? Ponsel Naomi tiba-tiba bergetar terus-menerus. Naomi segera mengambilnya dan memeriksanya. Tiga pesan muncul seketika. "Biola VIN memang kelas dunia! Kak Sean sudah membantuku menghubungi guru, setelah konser, aku bisa langsung belajar dengannya!" "Hari ini ulang tahunmu, 'kan? Aku sudah menyuruh Kak Sean pulang untuk menemanimu, tapi dia khawatir aku nggak makan dengan baik, jadi dia memilih menemaniku. Kamu menelepon berkali-kali, dia sampai kesal dan mematikan ponselnya." "Ini hadiah dari Kak Sean untukku. Nona Naomi, menurutmu cocok nggak dengan bajuku?" Gelang berlian berwarna-warni yang cantik. Produk musiman baru dari merek mewah tertentu yang perlu dipesan terlebih dulu agar bisa dibeli. Saat iklan konsepnya keluar, Naomi pernah menyebutnya pada Sean. Ternyata, pria itu benar-benar membelinya, tetapi bukan untuknya. Naomi meletakkan ponselnya dengan tenang, menyalakan lilin, lalu merayakan ulang tahunnya seorang diri. Setelah meniup lilin, dia membuang semua makanan ke tempat sampah, termasuk kue yang dia pelajari cara membuatnya selama setengah bulan terakhir. Alasan dia masih menunggu hingga hari Senin untuk pergi adalah karena selama 13 tahun, dia dan Sean sudah terlalu erat terikat. Baik secara perasaan maupun kehidupan. Melepaskan semuanya tidaklah mudah. Dia butuh waktu. Dalam tidurnya yang setengah sadar, Naomi merasakan ada seseorang duduk di tepi ranjangnya. Detik berikutnya, sebuah tangan yang agak dingin menyentuh wajahnya dan mencubitnya pelan. Suara yang dalam dan bernada manja itu terdengar begitu akrab. "Nana, maaf aku pulang terlambat. Ini hadiah ulang tahunmu. Apa kamu menyukainya?" Naomi terbangun karena gangguan itu. Dia mengerutkan kening dan membuka matanya. Pria di hadapannya hanya mengenakan kemeja hitam, sementara jasnya entah di mana. Di bawah cahaya redup, wajah tampannya yang tegas terlihat sedikit lebih lembut dengan ekspresi puas, membuatnya makin terlihat menggoda dan memikat. Mata itu bisa menenggelamkan siapa pun. Naomi menopang tubuhnya, duduk tegak, lalu menerima kotak yang disodorkan pria itu. Di dalamnya, sebuah gelang berlian tujuh warna berbaring diam. "Bukannya ini yang selalu kamu inginkan? Aku akan memakaikannya untukmu." Saat Sean hendak mengambil gelang itu, ponselnya tiba-tiba berdering. Dia langsung melempar kotak ke atas ranjang, bangkit, dan menjawab telepon. "Kenapa kamu bisa jatuh? Apa kamu terluka? Jangan menangis, aku akan segera ke sana." Dia begitu panik, bahkan tidak sempat memberi penjelasan dan berbalik pergi. "Sean ... " Naomi memanggil namanya, tetapi pintu kamar sudah tertutup rapat. Sean bahkan tidak menoleh sedikit pun. Beberapa menit kemudian, seperti yang sudah dia duga, pesan dari Valerie masuk ke ponselnya. "Gelangnya sudah kamu pakai? Nona Naomi harus menerimanya, ya. Aku sudah membujuk Kak Sean cukup lama sebelum akhirnya dia setuju memberikannya padamu. Dia menyayangiku karena aku pengertian. Setelah konser selesai, dia bahkan membawaku untuk membeli gelang lain." "Aku sangat suka arti gelang ini. Katanya, orang yang dicintai akan selalu bahagia." Itu adalah gelang pasangan paling klasik dari merek yang sama. Pada tahun pertama perusahaan Sean berdiri, dia pernah membawa Naomi untuk melihat gelang itu. Saat itu, perusahaan masih kekurangan dana. Beberapa proyek bahkan baru bisa berjalan setelah Naomi menjual dua buah keramik peninggalan ibunya untuk menutup kekurangan dana. Dia tidak tega membiarkan Sean terbebani. Namun, setelah perusahaan berkembang, Sean tidak pernah lagi berpikir untuk membelikannya gelang itu. Setelah dana proyek kembali, Naomi sempat mencoba mencari dua keramik itu. Sayangnya, benda-benda itu sudah dibeli oleh seseorang dengan harga tinggi dan tidak bisa ditemukan lagi. Malam itu, Sean tidak kembali. Saat sarapan, Naomi kembali menerima pesan dari Valerie.
Bab Sebelumnya
1/289Bab selanjutnya

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.