Bab 22
"Nggak, nggak mungkin .... Nggak mungkin."
Bibir Lilith gemetar. Lilith terus berusaha untuk memindahkan benda berat yang menimpa anak-anak.
Pandangan Lilith menjadi buram. Air mata kesedihan menetes tanpa henti.
Pikirannya terus melayang ke masa-masa yang dihabiskan bersama anak-anak selama ini.
Makin dipikirkan, makin perih hati Lilith. Seolah-olah ada yang mengulitinya dengan pisau.
Reruntuhan itu melukai tangan Lilith hingga kedua tangannya berdarah. Lilith seakan-akan tidak bisa merasakan sakit. Lilith terus memindahkan reruntuhan yang menimpa anak-anak.
"Maaf, Ibu nggak merawat dan melindungi kalian dengan baik. Maafkan Ibu. Maafkan Ibu ...."
Dia ingin menebus kesalahannya pada anak-anak, tetapi pada akhirnya, dia mencelakakan anak-anaknya.
"Ibu?"
Tiba-tiba, suara Janet yang manis datang dari arah belakang. Lilith mengira dirinya mengalami ilusi pendengaran.
Kemudian, Lilith juga mendengar suara Jayden. "Lilith, nggak ada pernah bilang kamu sangat berisik?"
Lilith menoleh ke bela

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda