Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 15

Embun menuruni bahu Nita. Dia mengangkat wajahnya dan membasahi seluruh tubuhnya di bawah pancuran. Entah mengapa, dia selalu teringat pada kata-kata yang pernah Hugo ucapkan. Lalu, menjadi makin marah. Tangannya membelai tubuhnya dengan lembut dan pikirannya melayang ke Hugo. Pikiran ini membuatnya sangat tidak nyaman. Namun, makin dia paksa dirinya untuk tidak memikirkan lelaki itu, makin sulit untuk mengendalikan pikirannya. Dia merasa malu dan marah, dan cepat-cepat membasuh tubuhnya lalu beranjak dari kamar mandi. Kamar yang luas dan mewah ini tentu tidak terjangkau oleh mahasiswi pada umumnya. Pemilik kamar sedang berbaring di tempat tidur dengan pakaian tidurnya. Dia adalah seorang laki-laki berusia sekitar 25 tahun, tampan, dan bertubuh kekar, tetapi... "Kakak Krisna." Nita membuka jubah mandinya perlahan-lahan, lalu merangkak ke tempat tidur, mendekati pria itu. Namun, lelaki itu tersenyum canggung dan mendorong Nita pelan-pelan. "Kamu kan baru dari sini sebelum mandi. Biarkan aku istirahat sebentar." '...Hah? ' 'Dua menit sudah selesai, dan kamu masih berani istirahat.' Lelaki berbadan besar ini memang tidak ada gunanya. "Ngomong-ngomong, Nita." Lelaki itu sepertinya ingin mengalihkan topik pembicaraan. Dia menyibak rambut yang masih agak basah di pelipis Nita dengan nada sedikit menggoda. "Pacar kecilmu masih terus mengganggumu, ya?" Nita tertegun sejenak, matanya memperlihatkan sedikit perasaan jijik. "Aku bisa lihat kalau dia masih mencintaiku." "Siapa suruh kamu secantik ini, laki-laki mana yang nggak bertekuk lutut melihatmu?" Tangan lelaki itu mengangkat dagu Nita dengan lembut. Gerakan ini membuat Nita kembali terbakar gairah. "Nah Kakak Krisna, mau ... aku buat kamu bertekuk lutut lagi?" Namun pria itu segera menunjukkan ekspresi salah tingkah. "Biarkan, biarkan aku istirahat satu jam lagi ..." ... ... Satu jam kemudian, Nita dan lelaki itu menyusuri area pejalan kaki yang ramai. Satu jam telah berlalu dan lelaki ini akhirnya tidak memenuhi janji yang dia ucapkan tadi. Dia berniat mengajak Nita membeli segala sesuatu yang diinginkan untuk menebus kesalahannya. Nita pun tidak mau ambil pusing. Jika lelaki ini kurang prima, memang lebih baik dia mengeluarkan uang yang banyak saja. Saat ini dia sedang berdiri di tepi jalan menunggu lelaki itu datang menjemputnya, tiba-tiba dia melihat seseorang yang sedang melintas. Orang itu... Hugo? Nita merasa agak marah ketika melihat punggung Hugo berlalu. Namun, ketika teringat apa yang terjadi di kamar mandi tadi, dia merasa agak marah dan juga malu. Dia berjalan cepat dengan sepatu hak tingginya, menuju laki-laki yang baru saja dilihatnya. Namun, di tengah jalan dia merasa gelisah. Kenapa dia menjadi kebingungan begini? Maka, dia menenangkan pikirannya, berpura-pura berjalan dengan santai di belakang lelaki itu. "Hugo." Nita berkata dengan suara dingin. Hugo tertegun sejenak, lalu menoleh dan menatap Nita. "Oh, ternyata kamu, ada perlu apa?" 'Ternyata kamu, ada perlu apa??' 'Sikap apa itu? ' 'Bukankah seharusnya dia bilang dengan rendah hati, bahwa dia telah berbuat kesalahan hari itu, lalu berharap agar aku memaafkannya?' Namun... Nita sebenarnya ingin memberi tahu Hugo untuk segera angkat kaki dari kampus dan tidak mengganggunya dan Krisna. Namun, rasa terkejutnya lebih besar daripada rasa marahnya setelah melihat Hugo saat ini. Hugo yang berada di depannya sekarang benar-benar seperti telah berubah menjadi orang lain. Bukan hanya tubuhnya yang semakin tinggi, wajahnya yang dulu agak malu-malu, kini tampak lebih tegas, dan selain itu, sangat tampan. Terutama, matanya itu. Matanya seperti elang yang memancarkan cahaya dingin. 'Apakah dia masih Hugo yang aku kenal?' "Aku bertanya padamu, ada apa?" Hugo bertanya lagi. "Aku... aku." Alhasil, justru Nita yang terbata-bata. Saat itu juga, pria yang berdiri di samping Hugo berkata, "Wah, siapa gadis cantik ini?" Akhirnya, Nita sadar bahwa Hugo tidak sendirian. Ada seorang pria paruh baya yang mengenakan pakaian compang-camping dan topi koboi di sampingnya. "Kamu kenal dia?" Pria itu melihat Hugo dan bertanya sambil tersenyum. Hugo menggelengkan kepala, tatapannya dingin, "Nggak terlalu akrab, mungkin dia datang untuk mencari masalah." "Wah-wah, dasar cowok! Kenapa kamu bikin adik yang cantik ini nggak senang!? Dik! Ayo! Bilang sama Kakak, apa yang dia lakukan padamu!" Nita melirik Carlos dengan tajam, lalu menarik napas dalam-dalam. Baru saja hendak mengatakan kepada Hugo bahwa dia ingin berbicara berdua saja dengan Hugo, tiba-tiba terdengar suara rem di belakangnya. Sebuah mobil sport edisi terbatas parkir di tepi jalan. Setelah pintu mobil dibuka, Krisna, pacar baru Nita, mendekat sambil merapihkan jas mahalnya. "Nita, kenapa nggak menungguku di pinggir jalan itu?" Lelaki itu memeluk pinggang Nita. Reaksi pertama Nita agak menolak. Entah mengapa, ada rasa yang tak menentu setelah dia melihat Hugo lagi . Dia tidak ingin Hugo melihatnya tampak mesra dengan laki-laki. Namun, laki-laki itu tentu tidak memperhatikan semuanya. Dia memeluk Nita dengan paksa, lalu menatap kedua orang di depannya dengan tatapan menantang. "Ini Dik Hugo, ‘kan?" Lelaki itu langsung mengabaikan Carlos, tanpa memikirkan apakah pria itu adalah ayah Hugo atau kerabatnya. Orang tak berguna yang jelas terlihat pecundang seperti Krisna tidak perlu dianggap serius. "Nita sudah menghargaimu, tetapi kamu masih belum berniat untuk merelakannya. Sekarang, kamu masih mengganggu Nita-ku di pinggir jalan? Apa kamu kira keluargaku, keluarga Zulfan bisa dihina?" Krisna memandang Hugo dengan senyum palsu wajahnya. Hugo mengangkat alisnya sedikit. Dia memandangi tubuh Krisna yang sama tinggi dengannnya, tetapi jauh lebih kekar itu tanpa rasa takut "Kalau sakit, pergi ke dokter sana, jangan gonggong di jalan." Perkataan ini membuat Nita sangat terkejut. 'Apa yang terjadi? Seingatku Hugo jauh lebih pendek dari Krisna?' 'Kalau lelaki ini adalah Hugo yang dulu, dia pasti akan ketakutan dan kakinya akan lemas begitu melihat Krisna.' Respons pedas dan tatapan dingin Hugo membuat Krisna tertarik. "Nita, si Adik kecil ini nggak sepayah yang kamu bilang." Pria itu tersenyum sinis sambil mengeluarkan sebuah kartu, lalu melemparkan kartu itu ke dada Hugo. Kartu itu jatuh ke tanah. "Di dalamnya ada satu miliar. Ambil uangnya, cepat pergi, jangan pernah muncul lagi di depan Nita." Tanpa menunggu Hugo berbicara, Carlos langsung berjongkok dan mengambil kartu itu dengan mata berbinar. "Aduh! Aduh! Tuan! Tuan, terima kasih banyak!" Hugo, Nita dan Krisna tertegun. Orang tua ini siapa sih?' "Nak! Kenapa nggak cepat-cepat berterima kasih kepada orang baik ini!" "...Paman Carlos, aku nggak bisa menerima uang ini." "Kamu nggak mau jual diri? Ada uang nggak kamu ambil, bajingan! Dia orang bodoh dan punya banyak uang, dan si anak kaya bodoh itu melempar uang kepadamu, kenapa kamu nggak mau?!" Hugo terkekekeh karena perkataan Carlos. Wajah Krisna pucat menahan marah. "Pak Tua, apa kamu ingin mati?" Nita langsung memeluk lengan Krisna, "Sayang, di sini banyak orang." Krisna melirik orang-orang yang lalu lalang di sekitarnya, lalu mendengus dingin. Dia mengangkat tangan dan menunjuk-nujuk Hugo. "Kamu tunggu saja, Hugo, kamu pasti bakal mati, sialan!" Setelah mengatakan demikian, Krisna memeluk Nita dan berbalik pergi. "Bocah bengal, bukan orang terhormat! Orang terhormat, silakan jalan pelan-pelan! Hahahaha." Carlos mengangguk menyaksikan mereka berdua memasuki mobil sport dan pergi. Kemudian, dia mengacungkan jari tengahnya ke mobil sport itu.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.