Bab 22
"Oh, iya, bukannya kamu punya seorang kakak laki-laki?" tanya Yulius, tiba-tiba teringat pada Ferry yang pernah dia temui di wilayah barat, sambil memandang Selina yang duduk di sampingnya.
"Kakakku kuliah di Kota Nagantara dan hanya pulang ke rumah saat liburan. Biasanya dia tinggal di asrama kampus," jawab Selina sambil tersenyum.
Yulius mengangguk pelan, kemudian mulai makan dengan lahap.
Selina sendiri tidak lahap ketika makan, dia hanya duduk diam memperhatikan Yulius dengan saksama.
Biasanya, Yulius tampak malas dan acuh tak acuh terhadap segala hal. Tak disangka, saat makan, dia justru terlihat sangat serius, bahkan memberikan komentar pada setiap hidangan yang disajikan.
"Kamu sebenarnya orang yang seperti apa, sih?" Selina terus memperhatikan Yulius, matanya berkilauan penuh rasa penasaran.
Setelah makan, Yulius naik ke Chairil yang sedang beristirahat.
Setelah menjalani sesi akupunktur sebelumnya, kondisi Chairil terlihat jelas membaik. Batuknya berkurang. Dia juga bisa tidur
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda