Bab 5
Terdapat sebuah piano di tengah ruang tamu. Selena berjalan perlahan menuju ke sana.
Jenny menatapnya dengan dingin dan meremehkan. Dia menunggu Selena mempermalukan dirinya sendiri.
Cewek kampungan ini berani bermain piano tanpa partitur musik? Ini benar-benar konyol!
Bahkan dia sendiri juga tidak bisa memainkannya dengan baik kalau tidak ada partitur musik, apalagi Selena, si cewek kampungan yang mungkin belum pernah melihat piano seumur hidupnya!
Segera setelah itu, senyuman bangga di wajah Jenny tiba-tiba membeku.
Suara piano yang indah memenuhi ruangan itu. Jari-jari Selena yang ramping bermain di atas tuts piano. Dia memainkan sepotong kecil lagu piano dengan mudah.
Dari penampilan singkat ini, Jenny bisa langsung merasakan kalau tingkat kemampuan Selena berada jauh di atasnya ...
Bagaimana bisa?
Cewek kampungan ini bahkan bisa memainkannya dengan baik tanpa partitur musik?
Wajah Jenny langsung memucat. Dia tidak bisa menerima kenyataan ini. Semua kata-kata ejekan yang sebelumnya diucapkan sekarang berubah menjadi tamparan tidak terlihat yang menampar wajahnya sendiri.
"Lena, permainanmu sangat luar biasa!"
"Ayah nggak menyangka Lena punya bakat musik sehebat ini!"
Ester dan Yosef terkejut dan memujinya dengan bangga.
Selena memang putri kesayangan mereka. Dia sungguh luar biasa!
Pada saat yang sama, mereka juga menyadari kalau suasana hati Jenny tidak terlihat baik sehingga mereka segera mencoba untuk memperbaiki suasana.
"Lena, Ayah dan ibu berencana mengadakan pesta besar untuk mengumumkan identitasmu. Jenny, nanti kamu dan Lena bisa main piano bersama di pesta! Kalau kalian main bersama, para penonton pasti akan terpukau!"
Wajah Jenny menjadi makin muram. Mereka bahkan ingin mengadakan pesta untuk Selena?
Mereka belum pernah mengadakan pesta untuknya! Ternyata benar, setelah putri kandung mereka kembali, dia tidak akan punya status lagi di keluarga ini!
Namun, Jenny segera mengatur suasana hatinya yang buruk dan berkata sambil tersenyum, "Ini sangat bagus, aku senang bisa main piano sama Kakak!"
Tunggu pembalasanku, Selena. Aku pasti tidak akan membiarkan j*lang sepertimu merasa senang di pesta itu!
Setelah mendengar kata-kata ini, Ester dan Yosef menganggukkan kepala dengan lega. "Lena, Jenny, kami senang kalian bisa akrab seperti adik dan kakak sungguhan!"
"Oh, ya! Lena, Ibu mau mengajakmu memilih gaun untuk pesta itu. Lena sangat cantik, jadi kamu pasti akan terlihat sangat cantik saat mengenakan gaun!"
Ester menatap Selena dengan lembut dan penuh kasih sayang. Ini membuat Jenny merasa kesal dan segera berkata, "Tante, aku juga ingin ikut membantu Kakak memilih gaun! Kakak besar di desa dan nggak pernah memakai gaun, jadi aku bisa mengajari Kakak!"
Ester merasa kalau perkataan Jenny agak tidak enak didengar, tetapi melihat wajah Jenny yang sangat polos, dia hanya bisa meyakinkan dirinya kalau itu hanya perasaannya saja.
"Baiklah, Jenny, kamu juga ikut, kita pilih bersama. Kalian adalah anak-anak yang paling Ibu sayangi! Jenny, meski Lena sudah pulang, Bibi dan ommu akan tetap memperlakukanmu seperti putri kami sendiri!"
Huh!
Jenny langsung mencibir di dalam hati. Itu semua hanya omong kosong!
Begitu Selena kembali, semua kasih sayang mereka langsung berpindah ke Selena, tetapi mereka bilang akan tetap menyayanginya seperti anak sendiri? Itu semua hanyalah kebohongan!
Meski dia berpikir begitu, Jenny tetap tersenyum manis. "Tante, aku tahu kalian sangat baik padaku. Aku akan berusaha akur dengan Kakak dan berbakti pada kalian!"
"Oke, dengan begitu Tante dan ommu juga bisa tenang!" Ester tersenyum sambil menepuk tangan Jenny dengan penuh kasih.
Jenny langsung menggandeng lengan Ester dengan akrab dan menatap Selena dengan penuh tantangan.
Meski dia adalah putri kandung Ester dan Yosef, terus memangnya kenapa?
Dia adalah anak yang mereka rawat selama 18 tahun. Ikatan emosional itu tidak mungkin bisa dibandingkan dengan Selena. Selain itu, dia akan mencari cara untuk mengusir cewek kampungan ini dari keluarga Carson! Dengan begitu, semua perhatian dan kasih sayang keluarga ini akan sepenuhnya menjadi miliknya!
Sepanjang jalan, Jenny terus menempel pada Ester dan Yosef. Setiap kali Ester dan Yosef ingin bicara dengan Selena, dia akan mengganggu dan mengalihkan perhatian.
Melihat segala tipu muslihatnya, Selena malas meladeninya. Dia berjalan keluar dengan cepat untuk mencari udara segar.
"Tolong ... Apa ada yang bisa membantu kami? Tolong bantu nyonya kami ... "
Selena melihat seorang nenek tua yang terjatuh di tanah dengan pakaian yang mewah dan rambut yang beruban. Pembantu di sebelahnya panik sambil menopangnya dan terus meminta bantuan dari orang-orang di sekitarnya.
Namun, orang-orang di sekitar ragu untuk mendekat. Mereka tampak khawatir terjebak dalam kasus penipuan.
Selena langsung menyadari kalau nenek itu mengalami serangan jantung mendadak. Kalau tidak segera ditangani, mungkin nyawanya akan terancam.
Neneknya juga meninggal karena serangan jantung mendadak ...
Selena menggigit bibirnya dengan erat, mengeluarkan jarum perak dari dalam sakunya, lalu berjalan menuju nenek yang pingsan itu.
"Hei, Nak, jangan ke sana, gimana kalau mereka itu penipu?"
"Iya, kalau mereka penipu, kamu nggak akan mampu menanggung akibatnya!"
"Ya, jangan ke sana, Nak. Kami sudah menelepon 112, ambulans akan datang sebentar lagi ... "
"Semuanya mundur."
Selena menatap mereka dengan mata rubahnya yang indah. Meski suaranya kecil, tetapi terdengar tegas.
Padahal dia masih muda, tetapi aura misteriusnya membuat orang percaya padanya. Mereka tanpa sadar mundur selangkah dan memberikan jalan untuknya.
Selena tidak lagi membuang waktu. Dia memegang jarum perak di jarinya dan hendak menusukkannya ke tubuh nenek itu.
"Kamu mau apa?"
Pembantu itu terkejut dan segera menghentikannya.
Mata Selena yang indah tetap tenang dan dia berkata dengan tenang, "Dia nggak punya banyak waktu lagi, kalau nggak segera ditangani, akan terlambat."
Pembantu itu menggelengkan kepala dengan panik. "Nggak bisa, mana mungkin seorang gadis muda sepertimu mengerti pengobatan? Gimana kalau kamu malah membuat kondisi Bu Anita makin buruk?"
"Kalau aku nggak bisa menyembuhkannya, aku akan bertanggung jawab sepenuhnya."
Pembantu itu ingin mengatakan sesuatu lagi, tetapi saat melihat wajah Bu Anita yang pingsan makin ungu, dia menggertakkan giginya dan dengan tekad yang kuat memutuskan untuk mengambil risiko.
"Nona, tolong selamatkan Bu Anita! Pastikan dia baik-baik saja!"
"Serahkan padaku."
Selena tidak mengatakan apa-apa lagi, dia memegang jarum perak dan mulai menusuknya. Gerakannya terlihat sangat terampil.
"Uhuk, uhuk ... "
Anita tiba-tiba batuk beberapa kali dan perlahan sadar dari pingsannya. Saat dia membuka mata, dia melihat Selena, terpesona, dan berkata, "Dari mana datangnya peri cantik ini? Apa aku sudah ada di surga?"
"Aduh, aku belum melihat cucu nakalku menikah dan punya anak, aku masih ingin memeluk cicitku ... "
"Bu Anita, Anda masih hidup, jangan bicara yang nggak-nggak!" Pembantu itu segera memotong keluhan Anita dengan canggung. "Gadis ini yang menyelamatkan Anda!"
"Oh, syukurlah, ternyata aku belum mati! " Anita menghela napas lega, kembali sadar dari kebingungannya, dan menatap Selena dengan wajah yang penuh kasih sayang. "Terima kasih banyak, Nak. Berkatmu, aku masih punya kesempatan untuk memeluk cicitku. Kamu benar-benar penolongku!"