Bab 823
Keesokan harinya.
Eden terbangun lebih pagi, langsung membuka galeri ponselnya untuk memastikan foto bersama dengan Alice tadi malam masih ada. Itu bukan sekadar mimpi. Setelah memastikan, dia segera mencuci muka dan bersiap, lalu berlari ke lantai enam belas dan menekan bel pintu.
Tidak ada yang menjawab.
Jantung Eden berdegup kencang. Jangan-jangan kakaknya pergi tanpa memberitahunya?
Dia terus-menerus menekan bel.
Akhirnya, pintu terbuka. Felicia yang masih menguap, keluar dan segera memberi isyarat agar diam, "Sst, tenang. Kak Alice masih tidur. Kalau dia terbangun, dia akan marah."
Melihat mereka masih di sana, Eden menghela napas lega. Kakaknya masih sama seperti dulu, selalu marah kalau dibangunkan dari tidur.
Dia masuk dan duduk di ruang tamu menunggu.
Rio sudah bangun dan sedang membaca buku di kamar anak-anak, sesekali menarik selimut untuk menutupi Anna yang tidur dengan posisi berantakan.
Hingga pukul sepuluh, akhirnya Alice bangun.
Dia masih berusaha menyesuaikan waktu tid
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda