Bab 252
Air mata yang menggenang di mata Reyna akhirnya mengalir turun, tidak terbendung lagi.
"Reyna," panggil Marisa. Saat dia melihat putrinya menangis, dia turun dari tempat tidur, lalu berjalan mendekatinya. Jarang sekali dia tampak begitu sabar. Dia dengan lembut memegang wajah putrinya, menghapus dua baris air matanya, lalu berkata dengan suara lembut, "Ibu juga terpaksa. Ini demi keluarga Gunawan. Kamu harus berkorban sedikit."
Berkorban sedikit?
Nada perintah ini terdengar seperti biasanya, tanpa adanya ruang untuk negosiasi.
Namun, ini adalah masalah yang bisa mendapatkan hukuman mati!
Ini bukan hanya sekadar memintanya meninggalkan piano dan memilih akuntansi sebagai gantinya!
Bagaimana mungkin Marisa bisa mengatakannya dengan begitu santai?
Apakah dia lahir di keluarga Gunawan hanya untuk menjadi alat yang harus mengikuti perintah?
Reyna membuka mulutnya. Banyak ketidakpuasan di hatinya, tetapi saat melihat wajah Marisa yang kejam di depannya, dia tidak bisa mengeluarkan satu kata
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda