Bab 228
Eden memandang Alice penuh harap saat wanita itu membagikan hadiah kepada setiap anggota keluarga. Bahkan pelayan seperti Sarti pun juga dapat. "Kurang satu orang, pasti giliranku!" batin Eden bersorak senang.
Dengan penuh percaya diri, Eden berjalan ke hadapan Alice, siap menerima hadiah terakhir yang biasanya paling istimewa.
Namun, kedua tangan Alice tampak kosong.
"Hadiahku mana?" tanyanya penuh harap.
Alice meliriknya sebentar sebelum menjawab singkat, "Nggak ada."
"Kenapa aku nggak dapat?" protes Eden marah, "Kamu kasih hadiah Natal ke mereka semua, tapi kenapa aku nggak? Aku masih dianggap adikmu, 'kan?"
Alice tak menjawab.
Ini bukan hadiah Natal!
"Haha, sepertinya kamu nggak penting bagi Alice. Bahkan nggak sepenting Bibi Sarti," ejek Kaden sambil tertawa.
Eden berkata marah pada Alice, "Nggak mau tahu. Beri aku hadiah juga sekarang!"
"Nggak bisa." Alice menolak, lalu menjelaskan, "Kamu masih dalam masa pertumbuhan. Nggak cocok untuk coba obat-obatan."
Eden tampak bingung.
Tawa
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda