Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 12

Pria itu mengenakan setelan jas hitam dengan ukuran yang pas di tubuhnya. Dia memiliki postur tubuh yang tegap, rambut yang pendek dan juga rapi. Tubuhnya juga memancarkan aura yang tegasseperti layaknya seorang raja. Tidak hanya itu, dia juga mengenakan kacamata berbingkai emas di wajahnya yang sempurna itu. Kacamata di wajahnya membuat dirinya terlihat semakin dingin dan sulit untuk didekati. Alice merasa akrab ketika melihat wajah pria itu. Dia sepertinya pernah melihat wajah pria itu … Pria itu juga menatapnya dengan tatapan yang tajam hingga menembusi lensa kacamatanya. "Pak Damian Cavali, kedatanganmu adalah kehormatan bagi kami … " ujar Pak Andy dengan nada yang sopan dan penuh hormat sambil tersenyum manis. Cavali … Hati Alice seketika tergerak ketika mendengar marga pria itu … wajah muda dan polos yang ada di dalam ingatannya tiba-tiba muncul dan perlahan-lahan menyatu dengan wajah pria yang ada di hadapannya. Itu dia! Alice tidak sengaja melakukan kontak mata dengan pria itu. Tatapan yang hangat dan senyuman samar di sudut bibirnya membuat bulu mata Alice sedikit bergetar. Alice segera mengalihkan pandangannya dan mengepalkan kedua telapak tangannya dengan erat. Apakah pria itu juga mengenalinya? Damian memperhatikan semua gerak-gerik Alice dengan seksama. Setelah itu, dia kembali menatap ke arah Miley dengan tatapan yang dingin. "Ada apa denganmu? Kepala prodi nggak lagi berhak mengaturmu?" tanya Damian. Miley lalu melirik ke arah Damian dengan ekspresi yang kesal dan malu. Pak Damian terus menatapnya! Ini semua adalah kesalahan siswa pindahan ini, hingga membuatnya merasa dipermalukan di depan Pak Damian! Harus diketahui kalau Damian berhasil mendapatkan gelar profesor di usia 24 tahun. Selain berwajah tampan dan memiliki postur tubuh yang bagus, Damian juga merupakan ahli waris keluarga Cavali di kemudian hari. Ini adalah alasan kenapa dia menjadi pujaan hati semua guru wanita di sekolah. "Pak Damian, dia adalah orang kampung yang berprestasi buruk. Tapi dia memaksakan kehendak untuk masuk ke kelas 1 hanya karena dia diadopsi oleh keluarga Amarta. Berdasarkan latar belakang prestasinya, aku menyarankan dia untuk masuk ke kelas 11. Apa ini salah … " ujar Miley. Melihat Damian menatapnya dengan tatapan yang sangat dingin, suara Miley menjadi makin pelan hingga tidak lagi terdengar. Miley lalu menatap ke arah Alice dengan tatapan yang sangat kesal. Dia merasa kalau Alice sudah mulai menggoda Pak Damian sebelum dirinya bergabung di sekolah ini. Pak Andy sangat pandai melihat situasi, dia segera tersenyum dan berkata, "Hehe … Alice, bagaimana kalau … " Alice berusaha mengabaikan keberadaan Damian, lalu berkata pada Andy dengan tatapan yang dingin, "Di mana tempat pelaksanaan ujian masuk?" "Kamu ingin mengikuti ujian masuk sekolah?" tanya Pak Andy dengan terkejut. Alice adalah siswa pindahan yang diatur langsung oleh kepala sekolah dan Pak Andy berusaha untuk memperlakukannya dengan baik. Meski begitu, Pak Andy memiliki pemikiran yang sama seperti Miley. Dia merasa prestasi Alice di sekolah desa tidak bisa menghasilkan apa-apa di sini. "Baik, kamu boleh pergi ke ruangan 101 di lantai dua untuk mengikuti ujian masuk sekolah!" ujar Miley dengan tatapan yang licik. Miley kembali berkata, "Kalau kamu nggak sanggup masuk ke kelas 1, kamu harus berlutut di depan semua guru dan siswa saat upacara bendera dan meminta maaf kepadaku! Ini juga akan membuktikan kalau perkataanku sebelumnya nggak salah!" Kamu mencoba mempermalukan aku di depan Pak Damian? Kalau begitu, aku akan mempermalukan kamu di depan semua guru dan siswa di sekolah! Alice mengangkat kepalanya, lalu menata ke arah Miley dengan ekspresi yang datar dan tatapan yang dingin. Miley tersenyum sinis karena dia mengira Alice takut. Miley berkata, "Kenapa? Takut? Itu hal yang wajar. Nggak semua orang bisa bergabung di kelas 1 … " Alice segera menyela perkataannya, "Bagaimana kalau aku berhasil?" Miley mengejeknya, "Kalau kamu lulus, aku akan berlutut di depan semua guru dan siswa saat upacara bendera dan meminta maaf padamu!" "Baik," jawab Alice sambil berbalik dengan tenang. Tetapi, dia tidak sengaja menatap kedua mata Damian. Pandangan mata yang dalam itu seperti segitiga bermuda yang mampu membuat orang terjebak dan tidak bisa melepas diri. Langkah kaki Alice terhenti sejenak, kemudian dia dengan cepat menghindar dan kembali melangkah. Miley tidak menyangka Alice akan menyetujui perkataannya dengan begitu cepat. Dia lalu menatap kepergian Alice dengan tatapan yang penuh dendam. Teruslah berpura-pura, aku ingin melihat seperti apa tangisanmu nanti. "Bu Miley, bagaimana kamu bisa taruhan dengan siswa seperti ini?" tanya Pak Andy setelah menyadari hal ini dan kembali berkata kepada Damian, "Pak Damian, maafkan aku, silakan duduk dan minum teh … " Damian mengangkat tangannya dan menolak, "Nggak perlu minum teh, tapi tetap harus bertaruh." "Pak Damian ingin bertaruh tentang apa?" tanya Pak Andy dengan terkejut. Damian menatap ke arah kepergian Alice dan berkata, "Ayo bertaruh, kalau Alice bisa lolos ke kelas 1, kamu harus mengganti wali kelasnya." Duar … Miley yang tadinya masih merasa bangga tiba-tiba merasa terpukul setelah mendengar perkataan Damian. Karirnya dalam bidang mengajar sepertinya akan berakhir di sini …

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.