Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 2

"Jadi, ke mana hasil kultivasiku selama ini?" tanya Leira. Tadi, dia mencoba untuk menguji kekuatannya. Namun, dia benar-benar tak merasakan Kekuatan Spiritual. Apakah latihan kultivasi ratusan tahun ini berakhir sia-sia? Sontak, Sistem buru-buru menenangkan Leira. "Tuan, tenanglah. Kekuatan Spiritualmu masih ada dan ditekan saja." "Ditekan?" "Ya. Pasti Tuan sudah melihat perbedaan Rissa." Leira kembali teringat betapa terkejutnya sewaktu melihat Rissa. Wajah Rissa tersembunyi. Jadi, dia tidak bisa membaca nasibnya. Namun, tubuh gadis itu diliputi aura ungu serta cahaya emas samar di dahinya. Jelas terlihat bahwa Rissa dilindungi keberuntungan dan berkah yang besar. Bukan tak mungkin bila karakter seperti dirinya bisa dihujani uang layaknya bunga yang semi bersama. Singkatnya, Rissa adalah kesayangan semua orang. Bukan mustahil seluruh uang akan menghujani kuntum bunga yang rekah secantik dirinya. Dalam Dunia Spiritual, orang seperti ini disebut anak kesayangan surga, sang Anak Keberuntungan. Di kehidupan nyata, orang seperti ini dikenal sebagai anak emas. "Kalau Rissa memang Anak Keberuntungan, mana mungkin Surga membiarkannya lahir dari ayah pembunuh dan ibu pencuri?" Untuk sang putri, Surga hanya akan melahirkannya di keluarga harmonis, dengan kondisi ekonomi baik, dan berlimpah kasih sayang. "Aku nggak tahu," jawab Sistem setelah terdiam lama. Leira tak paham, memutuskan untuk tak begitu memusingkannya. "Bagaimana caraku memulihkan Kekuatan Spiritualku?" "Sama dengan sebelumnya, mengumpulkan Keberuntungan dan melawan tekanan dari Rissa, sehingga Kekuatan Spiritualmu akan pulih," jelas Sistem. Sistem ini telah mendampingi Leira sejak kehidupan sebelumnya. Saat itu, adanya Sistem membuat Leira berpikir bahwa dia bisa menjadi kuat dan mencapai puncak dunia. Kenyataannya, dia malah hancur. Kekecewaan Leira terbaca oleh Sistem. Sistem buru-buru membela diri, "Sistem hanya kecerdasan buatan yang memberi kesempatan, tapi nggak bisa menjamin Tuan akan berhasil. Kalau Tuan nggak bisa menyelesaikan tugas, nggak akan ada hadiah." "Kegagalan Tuan bukan kesalahan Sistem, tapi kemampuan Tuan yang kurang." Leira sontak terdiam. Di kehidupan sebelumnya, Sistem juga mengusulkan solusi yang sama, yaitu mengumpulkan Keberuntungan. Namun, Leira tak bisa berbuat apa-apa. Dia belum pernah kuliah dan tidak punya bakat apa pun. Selain tampang yang lumayan, dia tidak punya apa-apa yang bisa dibanggakan. Pada akhirnya, Leira pun mengikuti saran Sistem untuk melakukan siaran langsung. Siaran langsung berisi menari, bernyanyi, dan berinteraksi dengan penonton lain. Cara ini memang membantunya mendapatkan popularitas, tetapi masih jauh dari cukup. Sistem bertanya, "Tuan masih memilih cara siaran langsung?" "Hm." Sistem pun mengangguk puas. "Lewat analisis dunia ini, siaran langsung memang cara tercepat mengumpulkan popularitas. Selama Tuan memperoleh cukup banyak poin Keberuntungan, Kekuatan Spiritual Tuan akan pulih. Meskipun di bawah tekanan Anak Keberuntungan, seperti Rissa." Leira merasa sedikit tenang. Selama Kekuatan Spiritualnya pulih, tidak akan ada yang membuat Leira gentar, baik Rissa maupun Kelly. Usai mandi, Leira berganti baju kering, lalu duduk di depan meja. Dia mengatur peralatan siarannya dan menekan tombol untuk memulai siaran langsung. Dia tak langsung bicara, benar-benar hanya menunggu. Sepuluh menit berlalu, penonton siaran langsungnya sudah sampai di angka dua hingga tiga ribuan orang. Mereka adalah penggemar yang sebelumnya menonton tarian dan nyanyiannya. Sebagian besar penonton adalah pria, sampai-sampai komentar di layar segera menjadi vulgar. Leira langsung mengabaikan komentar-komentar tersebut dan menunggu dengan ekspresi tenang. Sebelumnya, saat Leira melakukan siaran langsung untuk dapat popularitas, dia selalu memenuhi permintaan penonton. Ada yang menyuruhnya menari, tentu dia akan menari. Diminta bernyanyi, Leira akan bernyanyi. Penonton meminta bergoyang, dia akan bergoyang. Bahkan, ada pula yang memintanya memanggil "Suami" dan dia pun menurutinya. Karena kepatuhannya, pria yang menonton siaran langsungnya makin menjadi-jadi. Kata-kata yang mereka ucap makin tidak sopan. Di kehidupan sebelumnya, dia muak. Namun, demi mendapatkan Keberuntungan, dia menahan perasaan itu. Kali ini, banyak pula orang yang memintanya bergoyang, memakai baju tanpa lengan, mengenakan stoking hitam … Sampai ada belasan akun yang terlihat tidak asing mulai masuk ke ruang siaran langsung, Leira tersenyum tipis. Mereka datang. Belasan akun itu milik anak-anak orang kaya dari Jiandra. Mereka tumbuh bersama dengan Rissa. Karena Rissa mendapat tambahan Keberuntungan, tidak ada satu pun di grup pertemanan mereka yang tidak menyukainya. Bahkan, para pemuda yang terkenal suka foya-foya pun menyukai Rissa. Di kehidupan sebelumnya, anak-anak orang kaya ini sering kali mengacaukan siaran langsungnya demi membela Rissa. Mereka akan menghamburkan hadiah, bahkan memaksa Leira membawakan tarian yang memalukan. Lalu, aksi itu direkam mereka untuk dikirimkan ke Rissa. Kemudian, Rissa akan menunjukkannya pada keluarga Candrawira. Akibatnya, Leira diomeli keluarga Candrawira, kemudian dilarang melakukan siaran langsung. "Penyiar, hari ini mau menari dan menyanyi, ya!" "Berani menari sambil buka baju, aku akan kirim sepuluh roket." "Menari!" "Menari!" "Menari!" Saat Leira tampil di depan kamera, semua komentar berhenti. Sebelumnya, Leira meniru gaya Rissa yang mengenakan riasan tebal. Dia mencoba tampil layaknya putri orang kaya, tetapi hasilnya malah terlihat norak. Namun, hari ini, dia tampil tanpa riasan. Penampilannya sangat sederhana, tanpa bedak, bahkan lipstik. Rambutnya juga hanya diikat longgar. "Penyiar, kenapa ganti gaya?" "Mulai sekarang sudah pakai gaya peri, kah?" "Peri, Peri … coba panggil Suami sekali, dong." Leira tersenyum tipis ke arah kamera sebelum bicara, "Hari ini, aku akan bercerita." "Bercerita? Cerita apa, tuh? Wajah mesum!" "Bercerita? Boleh, aku punya cerita tentang hidup sama Penyiar, mau dengar?" Leira mengabaikan komentar-komentar tersebut dan melanjutkan, "Aku lahir di sebuah keluarga besar di Jiandra. Ceritanya sangat dramatis. Waktu lahir, aku langsung tertukar." "Hari ini, tepat sebulan aku kembali ke rumah dan keluarga pun mengadakan pesta yang sangat mewah buatku." "Pestanya sangat megah. Semua orang kaya dan berkuasa yang ada di Jiandra juga datang." "Keluarga memperkenalkanku menuju para tokoh ternama. " "Cerita dimulai dari sini." Sementara itu, di Grup Obrolan Kecil Jiandra. Zarren mengirim pesan. "Apa maksudnya Leira? Dia mau cerita kisah kehidupannya sendiri?" Yuki membalas, "Jujur, kemampuan berceritanya kurang bagus, ya?" Karina ikut membalas, "Ini cerita apa, sih. Datar banget. Kalah ekspresif dari robot." Zarren menimpali, "Tunggu, kita amati dulu apa yang mau dia ceritakan selanjutnya." Suara Leira masih datar tanpa emosi, bahkan lebih datar daripada robot. "Ayah memperkenalkan aku kepada sahabat baiknya, Paman Yoga." "Kata Ayah, Paman Yoga cuma punya seorang putra seumuranku. Dia meminta kami berteman." "Aku kaget dan melihat ke arah Paman Yoga." "Nggak kusangka, Paman Yoga cuma senyum dan mengangguk." "Ini aneh banget!" "Jelas-jelas Paman Yoga punya seorang putri." "Kenapa dia nggak mau mengakuinya, ya?" "Kenapa juga ayahku bilang Paman Yoga cuma punya satu putra?" "Apa keluarga Suryadinata lebih mengutamakan putra sampai di titik itu?" "Bahkan, nggak mau mengakui putrinya sendiri?" Mendengar ini, Zarren langsung melompat dari sofa. "Leira, berani sekali kamu sebarkan gosip tentang keluargaku." Keluarga Suryadinata yang Leira sebut, jelas merujuk keluarganya. Dia langsung mengambil kunci dan berlari keluar, lalu bertabrakan dengan ayahnya, Yoga Suryadinata, yang baru pulang. "Kamu baru pulang. Mau ke mana lagi?" "Ayah, aku ada urusan penting," jawab Zarren, menggertakan gigi. Andai Leira ada di depannya, dia pasti memarahi habis-habisan. Siaran langsung itu belum selesai, suara bernada dingin milik Leira masih terdengar dari ponsel.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.