Bab 18
Tidak disangka, sosok Leira sudah begitu hebat pada usianya yang masih muda.
Sadra terlihat sangat senang.
Ada penerus bagi Sekte Xermen. Itu adalah kabar baik, hebat sekali!
Dia akan merayakan dan pergi membakar dupa kepada Tiga Dewa.
Candra menatap gurunya yang sedang tersenyum dengan mata menyipit seraya berjalan dengan lengan baju berkibar karena angin.
Gurunya bahagia sekali!
Lebih bahagia ketimbang momen dia menerima kehadiran adiknya.
Mereka pun terus berjalan dalam keheningan.
Setelah tidur nyenyak semalaman.
Ketika bangun, Leira biasanya langsung melihat ke arah jendela.
Ternyata, dia melihat sosok Satria yang begitu muram. Dia berkata sambil berganti pakaian, "Bukankah sudah kubilang? Sekarang, aku punya kemampuan membuatmu kembali ke tubuhmu untuk sementara waktu, tapi kamu nggak setuju."
Satria berkata, "Ini adalah kesempatan bagus. Kita bisa melihat hati di balik kulit manusia."
Dia menutup matanya dan berkata dengan suara pelan, "Kaca bisa memantulkan gambar. Kamu bisa ganti pakaian di kamar mandi, nggak? Aku masih berdiri di sini."
Leira telah berganti pakaian dan menarik rambut panjangnya keluar dari balik pakaian, membiarkan rambutnya tergerai.
"Hanya kulit belaka, tinggal lihat. Kamu juga bukan tipe orang yang suka mengintip."
Satria tak berkutik.
Dia memang bukan seseorang yang suka bertindak sembarangan.
Baru saja ingin menceramahinya beberapa kata lagi, Leira sudah pergi ke kamar mandi untuk membasuh tubuhnya.
Leira keluar kamar mandi sepuluh menit setelah itu, tetapi dia tak melihat Satria.
Meskipun waktu yang mereka berdua habiskan cukup singkat, tetapi Leira sudah cukup mengenalnya.
Dia orang yang agak konservatif, bicaranya juga selalu formal. Pasti dia mendapat pendidikan yang baik. Sikap sopan dan berwibawa sudah tertanam pada dirinya.
Meskipun sudah dalam wujud roh, Satria tidak pernah membiarkan dirinya lalai.
Begitulah sifatnya.
Tidak, pasti hanya sosok hantu begini yang dapat mempertahankan rasionalitasnya saat dikelilingi energi hantu.
Leira turun ke bawah untuk sarapan, tetapi sorot matanya mendapati Zarren duduk di kursi meja makan. Begitu melihat dia turun, Zarren langsung berdiri dan menyapa, "Kak Leira, selamat pagi. Bagaimana tidur Kak Leira semalam? Kak Leira terlihat sangat segar hari ini, lebih cantik dari kemarin."
Dia terang-terangan mencari muka, seolah-olah ada kata 'penjilat' melabeli dahinya.
Leira mengernyitkan dahinya tak senang. "Kenapa kamu datang ke sini?"
"Aku datang untuk mengucapkan selamat pada Kak Leira karena berhasil mendapat peringkat pertama dalam topik teratas," ujarnya sambil bertepuk tangan.
Seluruh ruang makan itu beralih sebagai panggung pertunjukan tunggalnya.
Leira tak berniat membalas perkataannya.
Anggota keluarga Candrawira juga diam.
Hanya Werdi, istrinya, dan putra tertua mereka, Hendry, yang berada di meja makan keluarga Candrawira.
Mereka semua menatap Zarren dengan terkejut. "Zarren, kamu ini bicara apa!" seru mereka.
Zarren menatap mereka semua yang kebingungan. "Paman Werdi, Bibi Kelly, Kak Hendry, apa kalian nggak menonton siaran langsungnya Kak Leira kemarin?"
Usai bicara, dia menatap Kelly kurang senang.
Dia samar-samar menyebutkan siaran langsung itu kepada Kelly kemarin. Setelah dia sebutkan, dia mengira mereka sekeluarga akan menonton siaran langsung Leira kemarin malam.
Ternyata, mereka tidak menonton.
"Bibi Kelly, biasanya Tante selalu menonton selarut apa pun kalau Rissa syuting film atau drama, bahkan saat siarannya di ruang siaran langsung. Tante juga memberinya hadiah."
"Kenapa giliran Leira ..."
Dia tidak bicara sampai selesai, tetapi maknanya sangat jelas.
Kelly terlihat canggung, tak bisa berusaha untuk menyembunyikan ekspresi wajahnya.
Dia bicara dengan nada bicara dan ekspresi yang datar, "Kemarin malam, Rissa ke ruang siaran langsung untuk menjual barang. Aku menonton ruang siaran langsung Rissa."
Dia menjelaskan sikapnya dengan spontan, "Rissa pergi bekerja, beda dengan Leira. Leira hanya bermain-main."
Dia tidak suka menonton hal-hal yang tidak serius dalam siaran langsung, seperti menari, bernyanyi, bergoyang pinggul. atau goyang pinggang.