Bab 11
Seluruh anggota keluarga William sangat berterima kasih pada Leira dan rombongannya sebelum mengantarkan mereka pergi.
Setelah bersiap pulang, Calvin melihat dua orang pendeta. Satu orang terlihat masih muda, satunya lagi sudah tua. Mereka mengenakan jubah pendeta.
"Master Sadra," sapa Calvin. Dia mengenalinya sebagai seorang pendeta dari Kuil Megantara yang memberi saran mengenai lokasi pemindahan makam, bernama Sadra.
Sadra mendekat seraya berkata cemas, "Tuan Calvin, pemindahan makam yang aku bilang sebelumnya ternyata keliru. Itu nggak baik untuk keluargamu. Hari ini, aku sengaja datang untuk memeriksa kembali."
Sembari bicara, dia mengamati wajah Calvin dan anaknya.
Sadra agak mengernyit dengan raut wajah kebingungan. "Ini aneh. Aku meramal nasib keluargamu sebelum ini. Karena pemindahan makam, kamu akan kehilangan anggota keluarga dan kekayaan."
"Tapi, setelah kuperiksa hari ini, ternyata aku melihat nasibmu nggak berubah. Bahkan, ada Keberuntungan yang menaungi. Ini sangat aneh."
Calvin dan anaknya saling bertatapan, makin meyakini kekuatan Leira dalam hati mereka.
Kemudian, Calvin menceritakan perihal pemindahan makam itu kepada Sadra.
Setelah mendengarnya, wajah Sadra langsung berseri-seri. "Ada seseorang yang bisa langsung tahu lokasi pemindahan makamnya nggak cocok buat keluargamu? Siapa orang yang kamu undang itu, Tuan Calvin?"
Dalam hati, Sadra diam-diam memikirkan semua sesepuh di Sekte Xermen yang memiliki ilmu mendalam.
Feno tersenyum dan berkata, "Dia Master Leira Candrawira."
'Master Leira Candrawira?'
'Nama keluarganya adalah Candrawira?'
Sadra berpikir sejenak. Tampaknya, dia tidak mengingat hadirnya sesepuh satu aliran dengan marga Candrawira. "Boleh tahu dari kuil mana Master Leira ini berasal?"
"Bukan dari kuil. Biasanya, dia cuma melakukan siaran langsung di internet. Aku bosan hari kemarin, lalu masuk ke siarannya," jelas Feno secara singkat tentang prosesnya mengundang Leira lewat siaran langsung.
Sadra terkejut dalam hatinya.
'Master Leira masih muda sekali, mungkinkah dia justru penipu?'
"Tuan Calvin, sebaiknya bawa aku untuk lihat lokasi baru makam keluargamu."
Calvin dan sang putra membawa Sadra serta muridnya ke lokasi tersebut.
"Master Sadra, bagaimana? Apa pendapatmu soal lokasi barunya?" Meskipun Calvin sudah percaya pada kemampuan Leira, dia masih ingin mendengar pengakuan dari Sadra yang lebih senior.
Bagaimanapun juga, Sadra adalah ahli dari Kuil Megantara.
Melihat wajah Sadra yang tampak serius, Calvin bertanya dengan risau, "Apakah ada yang salah dengan tempat ini?"
Sadra menggelengkan kepala. "Nggak ada yang salah. Lokasinya benar-benar baik. Lebih cocok untuk keluargamu dibandingkan tempat sebelumnya."
"Lokasi pemindahan makam yang sebelumnya terlalu berat secara energi. Keluargamu nggak akan mampu menahan. Tapi, lokasi yang baru ini sangat menguntungkan bagi keluargamu, bahkan mampu membawa kemakmuran dalam keluarga dan kekayaan berlimpah."
Mendengar hal itu, Calvin langsung semringah. "Benarkah? Saat peti matinya baru diletakkan, aku langsung merasa lebih segar dan jernih. Ternyata, itu bukan cuma perasaanku saja."
"Sepertinya, gadis bernama Leira dari keluarga Candrawira itu memang punya kemampuan," tutur Sadra sejenak, lalu berpamitan pada Calvin dan putranya.
Dia pun mengajak muridnya pergi. "Candra, apa kamu tahu soal siaran langsung yang dijelaskan Tuan Calvin tadi?"
Candra mengangguk. "Master, tadi aku sudah minta akun siaran langsung dari putra Tuan Calvin. Aku juga langsung mengikuti akunnya. Begitu dia melakukan siaran langsung, kita akan tahu."
"Baguslah. Sekte Xermen sedang meredup. Kalau memang benar ada seorang genius, bisa menjadi hal baik bagi Sekte Xermen kita."
Pada saat yang sama, Leira dan Zarren sedang jalan-jalan di Jalan Kuno.
Zarren memarkir mobilnya di luar, lalu keduanya masuk sembari berjalan kaki.
Zarren menyadari, meskipun dia sudah tinggal di Jiandra begitu lama, ini kali pertamanya dia menemukan lokasi Jalan Kuno ini.
Di kedua sisi Jalan Kuno itu, suasana tradisionalnya terasa begitu kental. Banyak orang mendirikan lapak di depan toko sembari menjajakan jasa, mulai dari meramal nasib, menulis kaligrafi, hingga menafsirkan mimpi.
Ada juga beberapa lapak penjualan barang-barang antik. Namun, barang-barang antik ini sangat berbeda dari barang-barang yang biasa ada di pasar barang antik.
Zarren mengamati sekeliling, lalu memperhatikan Leira sedang berjongkok di depan sebuah lapak sambil memeriksa koin-koin kuno yang diletakkan di tanah.