Bab 70
Nadira berpikir, 'Kamu sendiri yang nendang meja buat ngelampiasin emosi, kamu kira kamu lebih kuat dari meja?'
Dia tetap diam membuka botol obat, dengan hati-hati mengganti perban di lukanya, dan membalutnya lagi dengan kain kasa.
Tangan mungilnya lembut, ramping, dan cantik. Ini benar-benar tangan yang sempurna untuk menggambar sebuah karya seni. Tiba-tiba pria itu bertanya dingin, "Karyamu dicuri sama adik tirimu itu?"
Nadira berpikir, 'Akhirnya dia tahu juga ya.'
Dia menatap pria itu dan berkata, "Apa Tuan L mau bantu aku?"
"Aku keliatan seperti orang yang bakal bantu kamu? Aku udah kelihatan baikan belum?" Suaranya dingin.
Nadira mengerucutkan bibir, dia juga belum ingin berbaikan, L masih belum menjelaskan soal telepon itu … tentang perempuan itu.
Dengan kesal, dia menjawab, "Kalau gitu aku bakal cari Beni, musuh bebuyutanku itu. Kebetulan dia yang pegang kuasa, dan dia juga ada sedikit ketertarikan sama aku. Paling mentok, aku tinggal korbanin diriku sedikit."
Wajah pria itu lan
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda