Bab 39
Mangkuk mi dikesampingkan, sementara di hadapannya ada pria tinggi dan gagah.
Suhu tubuh pria itu sedikit lebih tinggi. Meski ada jarak di antara mereka, kulit halusnya serasa terbakar oleh udara ...
Terutama saat dia membungkuk dan mendekatkan bibir tipis miliknya ke telinga Nadira, pipinya bersentuhan dengan rambutnya dan berhenti satu sentimeter dari bibirnya. Tidak maju maupun mundur, hanya menarik napas dengan bibir terkulai tanpa daya.
Apakah pria ini sedang menggodanya?
Nadira merasa sulit bernapas, sementara wajahnya mulai merah padam. Dia memegang lengan kekar pria itu, detak jantungnya berantakan.
"Apa?" Pria itu menyadari peningkatan suhu tubuhnya, membuat alisnya terangkat dengan intensi menggoda. "Lembut, 'kan?" tanyanya.
Nadira hanya mampu berkedip pelan, serasa sebuah bola kapas kecil.
Pria itu puas. Tatapan matanya yang gelap dipenuhi rasa angkuh.
Dia menggigit bibir, merasa malu karena digoda seperti ini!
Sifatnya yang tidak ingin kalah pun hadir. Nadira mengangkat dag
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda