Bab 38
Nadira masuk ke dapur. Lalu, dia memasak semangkuk mi sederhana untuk pria itu.
"Pak L, mi sudah siap." Dengan cepat, dia membawanya keluar.
Tangannya yang putih bersih menyodorkan sepasang alat makan kepada L.
Pria itu melirik sekilas, lalu menerimanya.
Nadira duduk di seberangnya, kedua tangan menangkup pipinya, tampak menghela napas pelan.
Pria itu menuang segelas anggur merah, lalu menoleh untuk meliriknya.
Dengan wajah penuh keresahan, Nadira berkata, "Pak, kamu tahu nggak? Lukisan pemandangan itu direbut dariku. Jadi, aku nggak bisa menarik perhatian musuh bebuyutanku. Kompetisi perhiasan bulan Oktober nanti dikuasai olehnya. Aku benar-benar terancam."
"Siapa musuh bebuyutanmu?" tanyanya sambil menyesap anggur.
"Bos Royal Jewel yang menyebalkan itu!"
Pria itu sontak terdiam. Matanya menjadi gelap, sorotnya pun menajam. "Apa dendammu dengannya?"
"Dendam keluarga. Bisnis ini seperti hidup dan mati! Kamu pernah berbisnis? Kalau nggak, kamu pasti nggak mengerti."
Asisten yang berdiri
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda