Bab 34
Nadira pun tertegun. Jantung Nadira berdegap kencang hingga serasa terhenti sejenak.
Entah kenapa, tiap kali pria itu datang, dia selalu membuat Nadira merasa ingin menangis.
Suaranya yang rendah terdengar begitu akrab. Nadira menduga, dia ingin memastikan dirinya baik-baik saja atau tidak. Pria itu selalu misterius, tenang, dan sulit ditebak, sementara dia sendiri menjadi begitu lemah.
Nadira mengedipkan mata. Bibirnya yang merah muda sedikit mengatup. "Nggak terlambat, Pak."
"L," ucap pria itu, mengingatkan dengan lembut.
"L." Nadira menggigit bibir, menyebut nama itu dengan nada agak lembut sekaligus rasa terima kasih.
Pria itu duduk santai di sampingnya, kaki jenjangnya disilangkan. Nadira curi pandang ke arahnya. Bukankah dia sedang pergi untuk urusan bisnis? Bagaimana bisa dia tiba-tiba datang seperti pahlawan penyelamat?
Nadira tebak, dia pasti telah mendengar kejadian malam ini dari sopirnya.
Pria itu mengangkat alis sambil mengangkat papan lelang dengan elegan. "Nggak ada yang
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda