Bab 338
"Jangan pernah mengatakan hal ini di depan Kakak Ketiga, aku nggak ingin membuatnya merasa terbebani," kata Lestari.
"Kenapa harus dia yang terbebani? Bukankah kamu yang paling menderita? Dasar anak bodoh." Lorna menangis lagi.
Ibu dan anak itu saling berpelukan, menangis bersama, sementara Dimas hanya menghela napas panjang di dalam kamar.
Di luar pintu, asisten memandang Beni dengan ekspresi pasrah.
Ekspresi Beni tampak dingin, emosinya tersembunyi di kedalaman yang tidak dapat dibaca.
Tak lama kemudian, asisten melihat pria tinggi itu melangkah masuk dengan langkah panjang yang tegas. Suaranya datar tanpa banyak emosi, "Aku minta maaf. Aku akan bertunangan dengan Lestari, bertanggung jawab merawatnya."
Suasana di dalam ruang perawatan langsung hening seketika.
Meski ada jarum yang jatuh, suaranya akan terdengar jelas.
Lestari mengangkat kepala dengan mata berkaca-kaca, tampak sangat rapuh serta menyedihkan. "Kakak Ketiga, apa kamu serius?"
Beni mengusap pelipisnya sambil mengangguk.

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda