Bab 29
Seperti biasa, hanya Nadira yang tetap tenang.
Dia tersenyum tipis, menunggu mereka selesai bicara, lalu berkata dengan nada dingin. "Melampaui batas? Coba ingatkan aku, siapa yang belakangan ini terbongkar aibnya?"
Ekspresi Prita langsung membeku.
Ibu-ibu sosialita dan para nyonya di sekitar mereka pun seketika teringat sesuatu, suasana menjadi sunyi.
Prita menahan amarah dalam hatinya, mencoba menjelaskan dengan nada selembut mungkin. "Nadira, itu semua nggak benar. Sudah ada klarifikasi bahwa itu cuma rumor ..."
"Oh, ya? Benarkah? Kenapa aku dengar kalau beberapa hari ini ayahku nggak mau peduli padamu? Jadi, apa yang sebenarnya terjadi?"
Nadira tersenyum tipis, lalu berbalik pergi.
Kerumunan orang pun menunjukkan ekspresi beragam, lalu perlahan-lahan membubarkan diri dengan rasa canggung. Melihat punggung mereka berbalik pergi, Sabrina mengentakkan kakinya kesal. "Ibu! Dia menghina Ibu seperti itu, masa Ibu diam saja? Lihatlah, betapa sombongnya dia!"
Kebencian yang terpendam dalam
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda