Bab 293
Nadira menangis tersedu-sedu, tubuhnya gemetar. Dengan linglung, dia menyematkan cincin itu ke jari manisnya, tetapi seketika seperti tersengat panas, dia buru-buru melepaskannya.
Begitu terus berulang-ulang, hingga jarinya lecet dan berdarah. Meski begitu, dia tidak merasa sakit karena luka yang di hatinya jauh lebih menyiksa.
"Nadira?" Suara berat pria itu terdengar dari balik pintu, diiringi ketukan pelan.
Tubuh Nadira gemetar mendengar panggilannya. Dia menutup mulutnya erat-erat, menahan isak tangis yang mengguncang dadanya.
"Anak kita baik-baik saja, 'kan?" tanyanya dengan nadanya penuh kekhawatiran.
Nadira hanya bisa menggigit jarinya, berusaha menahan emosi yang meluap-luap.
"Kamu mengurung diri hanya karena cincin ini? Apa itu membuatmu begitu sulit menerimaku? Atau ini karena Lestari?" Suara Beni mulai dingin. Ketukan di pintu terhenti, dan dia bersandar di sana, menahan perasaan yang berkecamuk.
Nadira memejamkan matanya, air mata terus mengalir. DIa menggeleng-gelengkan kep

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda