Bab 291
Nada suaranya sangat dingin dan tak ada emosi yang terdengar.
Nadira terdiam sejenak, jantungnya berdetak begitu cepat seolah ingin melompat keluar dari tenggorokannya.
Bagaimana dia bisa datang ke dapur?
Beni ak berkata apa-apa ketika melihat wajah kecilnya yang tiba-tiba menunduk. Dengan jari-jari panjangnya yang terampil, dia menutup tangan kecil Nadira yang pucat, lalu mengambil spatula, dan dengan gerakan cekatan dan anggun, dia meletakkan bahan ke dasar wajan, menambah air, dan mendidihkannya.
Hati Nadira kacau balau. Dia tak mengerti mengapa dia masih mau mendekatinya.
Dia berada di pelukannya yang sangat panas, tetapi tak bisa keluar dan tak tahu bagaimana cara menghindar.
Dia memberi peringatan, "Airnya sudah mendidih."
Suara pria itu serak, apakah dia sedang flu?
"Oh." Nadira kaku mencoba mengangkat panci.
Pria itu membantunya, memindahkan panci dan langsung menuangkan airnya.
Di pintu dapur, sosok ibu mertuanya berkeliling dan terdengar suara tawa.
Nadira menoleh, lalu berpi

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda