Bab 209
"Nggak, tentu saja aku juga berterima kasih padanya." Nadira merasa bahwa pada saat itu, Ronald benar-benar tidak tahu bahwa dia sedang menyamar. Niatnya untuk menyelamatkan Nadira benar-benar tulus.
Pada saat itu, Yovita menerima telepon. "Aku ada pekerjaan, harus pergi sekarang. Kasihan sekali kamu, Nadira kecilku. Rasanya seperti ada drama di mana selingkuhan dan suami tinggal di rumah sakit yang sama. Aku juga ingin merasakan hidup penuh gairah seperti itu. Ah, dua pria tampan!"
Nadira hanya menatapnya tanpa bisa berkata-kata. Dia pun memukul kepala temannya. "Diam, apa kamu nggak tahu kalau bencana bisa datang dari ucapan?"
Yovita langsung menutup mulutnya. "Benar juga, L memang punya rasa kepemilikan yang menakutkan." Yovita mengucapkan selamat tinggal sambil pura-pura menangis.
Nadira memutar mata. Tak lama kemudian, Ronald keluar dari ruang perawatan. Kemejanya sudah dipotong di bagian lengan, sementara dia mendapatkan tujuh hingga delapan jahitan. Nadira menatapnya dengan rasa
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda