Bab 154
Tidak lama kemudian, seorang gadis dengan dandanan anggun dan gaya elegan berlari mendekat. "Kak Lestari! Kakak Ketiga benar-benar ada di sini?" tanyanya, matanya berbinar penuh semangat.
"Hana," sapa Lestari sambil tersenyum ramah dan mengangguk, tetapi segera menunjukkan keraguan. "Namun, Kakak Ipar Ketiga juga ada di sini. Sebaiknya kamu nggak masuk."
"Apa? Alat melahirkan itu juga ada?" balas Hana sambil mengerutkan alis dengan tatapan penuh hinaan. "Kak Lestari, kamu memang terlalu baik dan anggun. Dengan statusmu, mengapa masih memanggilnya begitu sopan?"
Lestari tetap berbicara lembut, "Aku sangat menghormati Kakak Ketiga."
Hana memandang wajah cantik Lestari dengan perasaan campur aduk. Dia merasa gugup dengan pikirannya sendiri yang tertuju pada Kakak Ketiga. Dia pun bertanya, "Kak Lestari, apa kamu benar-benar sudah menyerah pada Kakak Ketiga?"
Lestari hanya tersenyum pahit. "Mungkin perasaan memang nggak bisa dipaksakan. Aku telah menunggunya begitu lama, tapi Kakak Ketiga n
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda