Mengalah bukan berarti kalah
Siska dibuat terperangah dengan kata-kata Guna. Bahkan, dia mempertajam perdebatannya, agar tidak salah dengan apa yang disampaikan oleh mantan suaminya itu.
"Apa? Kamu mau mengajakku rujuk?" Akhirnya, kata-kata itu lolos. Sesaat keheningan tercipta di sana.
"Sudahlah, lupakan apa yang aku sampaikan tadi." Amarah Guna sedikit meredam, sesaat Bianca berlari merangkul kakinya.
"Daddy, jangan marah lagi sama mommy. Hiks hiks." Gadis kecil itu mengiba. "Daddy, Uncle itu baik kok! Iya 'kan Mom?" Sejarah arah mata Bianca tertuju pada Siska.
"Iya, sayang." Siska meraih pipi anaknya yang sekarang terlihat gembul. "Mas, lebih baik kita bicara dulu. Aku mohon, kali ini percaya padaku." Ucapan Siska sedikit meluluhkan hati Guna.
"Apalagi yang akan kamu katakan," seloroh Guna masih belum bisa memaafkan mantan istrinya itu. "Bukankah semuanya sudah jelas. Kamu menjebak ku, Siska!" Guna menaikkan nada bicaranya. "Kamu mau membiarkan Bianca direbut oleh ...."
"Stop!!!" teriak Siska memangkas kalimat
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda