Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 3

"Kalau kamu merasa terganggu dengan desakan Nenek untuk menikah, kenapa kamu nggak segera mencari calon? Kamu itu sudah 30 tahun, tapi mau bertemu atau ngajak wanita berkencan saja nggak! Kalau Nenek nggak mendesakmu, bisa-bisa kamu jadi bujangan seumur hidup!" Jason Pramana menanggapi omelan neneknya dengan ekspresi datar. Dia menyahut dengan suara rendah, "Pokoknya satu jam. Kalau nggak ada yang mau menikah denganku dalam satu jam, aku akan kembali ke perusahaan. Aku ini sangat sibuk. Kalau Nenek memang sangat ingin ada yang menikah, suruh yang lain saja." "Kamu itu bosnya, tapi kamu sendiri bahkan belum menikah! Mana bisa Nenek membujuk para pemalas itu!" "Pemalas lain tahunya mengacaukan hidup orang lain, tapi kalian bersaudara tahunya cuma hidup enak dan bermalas-malasan!" Jason pun menjauhkan ponselnya dari telinganya, lalu meletakkannya di atas kursi kosong di sebelahnya. Dia membiarkan neneknya mengomel dari ujung telepon sana. "Jason, kamu meletakkan ponselmu lagi, 'kan? Kamu membiarkan Nenek mengomel panjang lebar, 'kan? Oke, satu jam. Nenek akan segera menghubungi Nenek Desi untuk meminta Selvi pergi ke Kantor Catatan Sipil dan mengurus buku nikah denganmu!" Setelah itu, Nenek Winda menutup telepon dengan marah. Nenek Desi adalah kakak Nenek Winda, mereka berdua sangat akur. Selvi Santoso tumbuh bersama dengan Jason. Kedua orang tua mereka berusaha semaksimal mungkin untuk menjodohkan mereka, tetapi hubungan mereka hanya sebatas saudara. Jason mengangkat ponselnya dengan tenang dan memasukkannya kembali ke saku celananya. Begitu mendengar permintaan neneknya, Selvi pasti akan langsung kabur dan menolak datang ke Kantor Catatan Sipil. Sorot tatapannya yang dingin kembali tertuju kepada Alena. Alena menekan tombol untuk menurunkan kaca jendela mobil, lalu menjulurkan kepalanya dan balas menatap Jason. Mereka berdua pun saling bertatapan. Yang satu terlihat tidak peduli, sementara yang satu lagi terlihat tertarik. Alena tidak mendengar percakapan antara Jason dan Nenek Winda dengan jelas tadi karena dia belum menurunkan kaca jendela mobilnya. Dia menatap Jason karena menurutnya Jason sangat tampan. Pria itu adalah yang paling tampan di antara semua orang dan arwah yang pernah Alena lihat. Si sopir pun ikut menoleh menatap majikannya, lalu ke arah Alena yang sedang menatap Jason. Jason memiliki sifat yang dingin, sorot tatapannya juga begitu tajam menusuk. Para pelayan seringnya tidak berani menatap Jason. Namun, gadis asing ini malah menatap Jason dengan berani. Sopir itu diam-diam mengagumi Alena. Tepat pada saat itu, sesosok hantu wanita pun berjalan di depan mobil Jason. Begitu melihat Jason, hantu itu hendak masuk ke dalam mobil. Namun, saat melayang ke kursi belakang mobil dan bertatapan dengan Jason, tiba-tiba hantu itu melayang kembali ke arah mobil Alena. Alena menyaksikan semua ini. Hantu wanita itu sepertinya ketakutan. Ia berjongkok dan tidak berani melihat ke arah Jason lagi, lalu berjalan ke kursi di samping Alena. Alena balas menatap hantu itu, lalu membungkuk dan membuka pintu penumpang di sampingnya. Hantu perempuan itu menatap Alena dengan bingung. "Masuklah, aku bisa melihatmu," jawab Alena sambil tersenyum. Hantu perempuan itu pun bergegas masuk ke dalam mobil Alena. Alena menutup pintu mobil, lalu menekan tombol untuk menaikkan kaca jendela mobilnya lagi dan berkata kepada hantu perempuan itu dengan lembut, "Nggak usah buang-buang tenaga. Pria itu nggak mungkin jadi suami alam bakamu. Kalau memang mau, kamu harus ganti target. Energi yang satu ini terlalu kuat. Kalau kamu dekat-dekat dengannya, nanti energinya akan melukaimu." Hantu perempuan itu menundukkan kepalanya dan berkata dengan menyesal, "Dia sangat tampan, aku langsung suka. Itu sebabnya aku berniat mendekatinya, tapi malah terpental." "Bisa dibilang dia sudah menyakitimu." "Jarang sekali ada pria setampan itu, tapi dia bukan suami alam bakaku." "Pernikahan alam baka itu juga sudah ditakdirkan oleh langit. Kalau kalian nggak ditakdirkan menjalaninya, kamu juga nggak bisa memaksakannya." Hantu perempuan itu pun tampak seperti sedang berpikir dengan keras. Sesaat kemudian, dia akhirnya berkata, "Terima kasih buat penjelasannya. Aku nggak apa-apa." "Oke, pergilah. Biar kubukakan pintunya." Alena membungkuk lagi dan membuka pintu penumpang agar si hantu perempuan bisa keluar. Tindakannya ini menarik perhatian Jason. Jason bahkan curiga Alena sengaja menarik perhatiannya. Setelah mengusir hantu perempuan itu, Alena kembali menurunkan kaca jendela mobilnya dan menatap Jason. Bukan hanya hantu perempuan tadi yang belum pernah melihat pria setampan Jason, Alena juga belum pernah. Jason memang terlihat dingin dan sombong, tetapi pemandangan yang disuguhkan oleh orang yang sedingin es ini boleh juga. "Kriing .... Kriing .... Kriiing ...." Ponsel Jason berdering lagi. Yang meneleponnya adalah neneknya. Satu-satunya orang yang berani menelepon Jason tanpa henti adalah Nenek Winda. Jason mengangkat telepon itu, tetapi tidak bersuara. "Jason, kamu benar-benar lagi menunggu di depan pintu Kantor Catatan Sipil?" "Aku bukan tipe orang yang suka bercanda, Nenek." "Kantor Catatan Sipil itu tempatnya mengurus buku nikah ataupun cerai. Kalau yang datang hendak mengurus buku nikah, pasti mereka datang berpasangan. Kalau yang datang hendak mengurus surat cerai .... Kamu mau menikah dengan janda?" "Mau itu janda atau perawan, selama mereka mau menikah denganku, aku akan menikahinya!" "Kamu ini benar-benar bikin Nenek kesal," gerutu Nenek Winda. "Sepertinya Nenek bakal mati meladenimu." "Aku selalu mendoakan semoga Nenek panjang umur kok." "Kamu lagi di dalam mobil?" Jason mengiakan tanpa berkomentar apa-apa. "Bagaimana ceritanya kamu bisa dapat calon istri kalau cuma duduk di mobil? Cepat turun sana! Tempelkan selembar kertas di badanmu, tulisannya 'Siapa yang mau menikah denganku?'. Nenek jamin nggak sampai satu jam, dalam 10 menit saja kamu pasti dapat calon." "Aku akan tetap menunggu di dalam mobil," jawab Jason bersikeras. "Kalau ada perempuan yang bersedia menikah denganku, maka aku akan menikahinya." Jika Jason tidak keluar dari mobil, itu berarti tidak ada yang bisa melihatnya. Lantas, siapa juga yang mau menikah dengannya? Jason sengaja bertindak secara berlebihan seperti ini untuk melawan neneknya yang setiap hari mendesaknya menikah. Nenek Winda kembali menutup telepon, dia marah sekali dengan cucunya. Sebersit cahaya kemenangan pun terlintas dalam pandangan Jason. Generasi mendatang pasti lebih hebat daripada generasi pendahulu. Tidak peduli betapa keras kepala sikap neneknya, Jason selalu punya cara untuk membuat neneknya menjadi tidak berdaya menghadapinya. Kali ini, pendengaran Alena yang tajam bisa mendengar percakapan antara Jason dan neneknya. Dia segera mengambil tas tangannya yang berukuran kecil, lalu turun dari mobil. Beberapa langkah kemudian, dia sudah berdiri di depan kaca jendela Jason. Begitu merasakan ada yang berjalan mendekat, Jason refleks menatap Alena. Saat melihat sorot tatapan Alena yang penuh minat, Jason pun bertanya dengan nada dan pandangan yang dingin, "Apa?" "Kamu lagi menunggu istrimu turun dari langit?" Jason tidak menjawab apa-apa. Alena pun tersenyum. "Kebetulan sekali, aku juga sedang menunggu suamiku turun dari langit. Aku mau menikah denganmu. Aku sudah membawa kartu keluargaku. Bagaimana kalau kita masuk dan urus buku nikah kita?" Setelah mengamati selama sepuluh menit, Alena yakin pria ini adalah suami pernikahan kilatnya. Jason sontak terdiam. Begitu pula si sopir. Sopir itu bahkan tercengang dengan keberanian Alena. Padahal majikannya yang satu itu begitu menakutkan, tetapi gadis ini malah dengan berani mengatakan bahwa dia ingin menikah dengan Jason. Beberapa saat kemudian, Jason akhirnya bergerak. Dia turun dari mobil. Tubuhnya yang tinggi tegap berdiri di depan Alena, auranya yang begitu mengintimidasi membuat Alena refleks mundur selangkah. "Kamu tahu nggak sih apa yang lagi kamu bicarakan?" Alena balas menatap Jason. Pria itu satu kepala lebih tinggi daripadanya. Padahal Alena sendiri sudah setinggi 165 cm. Namun, dia jadi terlihat mungil jika disandingkan dengan Jason. "Tuan, aku ini sangat sadar. Aku tahu betul apa yang sedang kubicarakan." "Tadi aku mencuri dengar ucapanmu. Kamu bilang kamu akan menunggu di mobilmu dan menikahi seorang gadis yang bersedia menikah denganmu. Kamu bakal tepat janji nggak?" Jason pun menatap Alena selama dua menit penuh, lalu menjawab dengan dingin, "Aku nggak pernah mengingkari ucapanku." "Baguslah kalau begitu," kata Alena sambil tersenyum. "Ayo masuk, kita bereskan prosedurnya." Jason terdiam sesaat, lalu akhirnya bertanya, "Kamu tahu nggak sih aku ini siapa?"

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.