Bab 552
Yahya merasa istrinya terlalu banyak berpikir. "Sudahlah, selera Felix nggak mungkin jelek. Jangan khawatir, ya ..."
Felix mengernyitkan dahi. Ada rasa bersalah menelusup ke hatinya. Tetapi, dia akan tetap teguh pada pendiriannya.
...
Pukul 9.30 malam, Lily akhirnya sampai di rumah.
Usai membereskan kamar dan membersihkan diri, dia mendapat telepon dari Felix.
"Sudah tidur?" tanya Felix. Suaranya datang dari tempat yang hening, tenang.
"Belum, Kak," jawab Lily. "Aku baru selesai mandi. Sekarang, mau siap-siap tidur."
Felix terkekeh pelan, terdengar ceria, "Besok kayaknya bakal hujan, deh pasti dingin. Jangan lupa pakai mantel tambahan, ya. Mau aku jemput lagi ke kantor?"
"Nggak usah, Kak. Nanti Kakak repot harus putar balik lagi. Aku naik taksi saja." tanpa sadar, nada bicara Lily melunak. "Kita ketemu di kantor saja, ya."
"Oke, tapi besok pagi kamu nggak usah beli sarapan. Aku bawakan ke mejamu, diam-diam, biar nggak ketahuan siapa-siapa," ucap Felix.
Felix tahu betul kalau Lily selal

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda