Bab 35
"Dia mengeluh lagi ke Ayah?" tanya Sandy dengan nada sinis.
Kata "lagi" yang keluar dari mulut Sandy membuat Salim tersadar bahwa ada sesuatu yang tidak beres.
"Dia nggak mengeluh. Ayah yang bertanya," jawab Salim dengan tegas.
Sandy hanya tersenyum kecil, sebuah senyum yang lebih mirip ejekan. Sorot matanya dingin, penuh ketidakpedulian. "Jangan bela dia," katanya singkat.
Salim menghela napas panjang, mencoba meredakan ketegangan. "Ayah nggak membela dia, Sandy. Laki-laki itu nggak boleh gampang terpancing. Kalau ada masalah, bicarakan baik-baik."
Namun, Sandy sudah memalingkan wajah. "Ayah main sendiri saja, aku mau cari Ibu," katanya sambil berbalik dan mulai menaiki tangga.
Ruang tamu yang luas itu dipenuhi cahaya terang, yang malah makin memperjelas kehampaan di antara ayah dan anak itu.
Setelah Sandy mengambil alih pekerjaan keluarga Febrianto, Salim memutuskan untuk pensiun.
Namun, seiring waktu, Salim merasa semakin jauh dari dunia yang pernah dia kuasai, dan juga dari putrany
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda