Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 5

"Pak Arman, aku membawakan uang yang Pak Arman minta." Keringat Alvaro Reyana bercucuran saat dia sampai di depan Arman. "Kamu Pak Alvaro, 'kan?" Arman menatap Alvaro yang berada di depannya. Raut wajahnya menjadi lebih santai. "Panggil saja aku Alvaro, Pak Arman!" Alvaro menyeka keringat dingin di dahinya. Dia terlihat panik. "Pak Arman, kenapa Pak Arman nggak memberitahuku kalau datang lebih awal? Aku benar-benar minta maaf karena sudah membuat Pak Arman menunggu di depan pintu perusahaan begitu lama!" Orang di depannya ini adalah atasan langsung dari Hadi, bos besar Alvaro sendiri! Satu kalimat saja yang diucapkan lawan bicaranya ini, bisa langsung menentukan nasibnya seumur hidup. "Nggak perlu setegang itu, Pak Alvaro. Lagi pula, kamu nggak terlambat. Aku saja yang datang lebih dulu." Arman berkata sambil tersenyum. Alvaro melirik Arman. Awalnya, Alvaro mengira jika Tuan Muda Arman adalah orang yang berdarah dingin dan berwajah dingin. Tak disangka, ternyata Pak Arman bukan hanya ramah, tetapi juga tidak sombong. "Terima kasih, Pak Arman!" Alvaro berkata dengan penuh rasa terima kasih, "Pak Arman, ini dua miliar yang Pak Arman minta!" "Simpan saja dulu. Aku nggak membutuhkannya untuk saat ini." Arman menggelengkan kepalanya dan berkata, "Maaf, sudah membuatmu bolak-balik dengan sia-sia. Terima kasih atas kerja kerasmu." "Sama sekali nggak sulit, Pak Arman." Alvaro dengan takut-takut bertanya pada Arman, "Pak Arman, bolehkah aku bertanya, apa yang baru saja terjadi?" "Nggak ada apa-apa. Hanya kejadian kecil. Oh ya, Pak Alvaro, apa kamu kenal Chris Sagara?" "Chris Sagara?" Alvaro mengerjap-ngerjapkan matanya saat dia berkata, "Yang Pak Arman maksud itu dia? Chris itu putra tertua dari Keluarga Sagara, salah satu dari empat keluarga besar di Kota Setala ini. Ayahnya, Yusri Sagara, memiliki beberapa kerja sama bisnis dengan perusahaan kita. Tadi, Chris datang mewakili ayahnya untuk membicarakan kerja sama proyek di kota. Dia berinisiatif menawarkan keuntungan sebesar 30%." "Apa Pak Arman mengenalnya?" "Aku nggak kenal. Aku cuma bertanya saja." Arman menggelengkan kepalanya. Tiba-tiba saja, Alvaro merasa tertarik. Mampu mendapatkan pengakuan dari Hadi dan menduduki posisi sebagai CEO grup, tentu saja Alvaro bukan orang biasa. Dia langsung merasakan ada yang tidak beres dari ucapan Arman. Alvaro pun berkata sambil lalu, "Pak Arman, aku rasa Keluarga Sagara nggak tulus bekerja sama dalam proyek ini. Lebih baik serahkan kesempatan ini kepada pesaing lainnya." "Hmm." Arman menganggukkan kepalanya. Alvaro merasa lega, sepertinya dia tidak salah. Kemudian, Alvaro berkata dengan hormat, "Pak Arman, izinkan aku mengajak Pak Arman keliling perusahaan." "Lain kali saja, Alvaro. Aku ada urusan mendadak." Arman berkata pada Alvaro. Yang ada di benaknya sekarang hanyalah masalah jepit rambut. Dari kata-kata Thalia barusan, jepit rambut itu seharusnya milik salah satu sahabatnya. "Baiklah, Pak Arman. Kapan pun Pak Arman punya waktu luang, hubungi saja aku. Ini kartu namaku!" Alvaro menyerahkan kartu namanya dengan kedua tangannya. Arman menerima kartu nama tersebut. Dia tersenyum dan berkata, "Baiklah, Pak Alvaro. Aku harus merepotkanmu untuk mengurus perusahaan ini di masa mendatang." "Melayani perusahaan merupakan suatu kehormatan bagiku, Pak Arman." Alvaro menunjukkan kesungguhannya dan berkata, "Ke mana pun Pak Arman berencana pergi nanti, aku akan minta sopir untuk mengantar." "Nggak usah, aku akan pergi sendiri." "Baik, Pak Arman." Arman mengangguk dan bersiap untuk pergi. Tiba-tiba saja, seorang wanita bergaun panjang berwarna putih beras, memasuki pintu perusahaan. Rambut wanita itu tergerai di bahu. Wajahnya cantik dan anggun. Sepertinya dia berusia sekitar 23 tahun. Langkahnya cepat dan agak terburu-buru. Dia hampir saja menabrak Arman. "Maafkan aku." Wanita itu menengadah dan meminta maaf kepada Arman. Mata Arman mengerjap saat menatap wanita di hadapannya itu. Tatapan Arman penuh perasaan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Dia merasa sangat akrab dengan wanita itu. Padahal mereka berdua belum pernah bertemu sebelumnya. Wanita itu tidak peduli. Dia sedang tidak berminat memikirkan hal lain. Setelah meminta maaf kepada Arman, wanita itu hendak berjalan menuju lift. Ketika mengalihkan pandangan, kebetulan dia melihat Alvaro di sebelah Arman. Wanita itu tampak terkejut. "Kebetulan sekali, Pak Alvaro!" Kali ini, dia datang mencari Alvaro! "Halo, Nona Sofia." Alvaro tersenyum sopan. "Pak Alvaro, ini proposal Keluarga Wiratama untuk proyek kota ini. Mohon sempatkan waktu untuk melihatnya." Sofia menyerahkan proposal yang ada di tangannya kepada Alvaro dengan perasaan sangat gugup. Hal tersebut karena ini adalah harapan terakhir untuk menyelamatkan Keluarga Wiratama! Keluarga Wiratama sebenarnya merupakan kekuatan lama di Kota Setala. Meskipun tidak bisa dibandingkan dengan keluarga kaya raya, mereka masih dianggap cukup berpengaruh. Akan tetapi, dalam dua bulan terakhir, Keluarga Wiratama menghadapi kesulitan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Hal tersebut karena kakek Sofia terlilit hutang judi yang besar dan ayahnya juga mengalami kegagalan dalam bisnisnya. Jika bukan karena reputasi yang telah dibangun selama bertahun-tahun, Keluarga Wiratama pasti sudah mengalami kebangkrutan. Kali ini, jika Keluarga Wiratama ingin kembali bangkit, mereka hanya bisa menaruh harapan pada kerja sama dengan Grup Yaksa dan mengandalkan pengaruh kuat Grup Yaksa di Kota Setala. Untuk mencapai tujuan ini, Sofia merevisi proposalnya dengan cermat. Dia yakin pada proposalnya! Namun setelah menerima proposal tersebut, Alvaro hanya membacanya sekilas. Kemudian, dia menutup proposal tersebut. Sofia merasa cemas dan dia bertanya dengan gugup, "Pak Alvaro, apa Pak Alvaro merasa proposalnya nggak bagus?" "Jujur saja, Nona Sofia, perusahaan kami selalu berkomitmen untuk bekerja sama dengan klien berkualitas tinggi. Sejauh yang kuketahui, Keluarga Wiratama sedang menghadapi kebangkrutan sekarang ... " Alvaro tidak ingin membuang waktu. Dia langsung mengutarakan pokok permasalahannya. Alvaro sudah lama mengetahui kondisi Keluarga Wiratama. Grup Yaksa tidak mungkin bekerja sama dengan Keluarga Wiratama. Kata-kata itu tak ubahnya seperti menuangkan air dingin ke atas kepala Sofia. Akan tetapi, Sofia tetap tidak mau menyerah. Hal tersebut karena ini adalah harapan terakhir Keluarga Wiratama. Sofia mengepalkan tangan kecilnya dan berkata dengan penuh semangat, "Pak Alvaro, kalau masalahnya mengenai dana Keluarga Wiratama, aku bisa menjamin dengan semua yang kumiliki kalau Keluarga Wiratama nggak akan pernah mengecewakanmu! Juga, kalau Pak Alvaro merasa proposal itu layak, aku bisa mewakili Keluarga Wiratama akan memberikan keuntungan kepadamu sebesar 50%. Bahkan, 60% juga nggak masalah." "Keluarga Wiratama? Sofia Wiratama?" Arman melirik dengan mata berbinar-binar. Baru kemudian Arman menyadari jika wanita di depannya ini adalah putri sulung dari Keluarga Wiratama di Kota Setala, juga merupakan sahabat Thalia. Meskipun belum pernah bertemu dengannya, Arman pernah mendengar Thalia menyebut namanya sebelumnya. Dikombinasikan dengan perasaan familier yang dirasakannya saat pertama kali melihat Sofia. Sofia, mungkinkah dia adalah orang yang sama dengan 15 tahun yang lalu ... "Maaf, Nona Sofia. Aku memahami keinginanmu. Tapi, aku benar-benar nggak bisa membantumu." Pada saat itu, jawaban Alvaro membuyarkan lamunan Arman. “Pak Alvaro, tolong percayalah padaku sekali ini!” Sofia memohon dengan sangat. Dia tidak boleh kehilangan kerja sama ini. "Aku benar-benar minta maaf, Nona Sofia." Alvaro menggelengkan kepalanya. "Pak Alvaro, aku ... " Sofia masih ingin mencoba untuk memperjuangkan kesempatan bagi Keluarga Wiratama. Namun, ketika melihat ekspresi Alvaro yang sudah mulai terlihat tidak sabar, dia pun tahu jika melanjutkan hanya akan membuat Alvaro makin jengkel. "Aku mengerti, Pak Alvaro. Maaf sudah mengganggumu." Sofia tidak punya pilihan selain menyerah. Dia tidak mampu menyembunyikan kekecewaan di matanya. Sofia menyeret tubuhnya yang lelah dan berbalik untuk meninggalkan perusahaan. Namun, saat dia berbalik, Arman yang berada di samping Alvaro tiba-tiba berkata, "Pak Alvaro, menurutku Nona Sofia orang yang baik dan sikapnya juga tulus. Apa kamu nggak mau mempertimbangkannya lagi?" Sofia terkejut. Dia berbalik dan melihat ke arah Arman. Dia sangat berterima kasih kepada Arman karena bersedia membantunya bicara. Akan tetapi, Sofia tahu. Di Kota Setala ini, tidak ada yang bisa memengaruhi keputusan yang sudah dibuat oleh Pak Alvaro ...

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.