Bab 254
"Arman, maaf ya ... soal tadi."
Karena sikap ibunya tadi, Sofia merasa sangat malu.
"Oh, nggak apa-apa, kok!"
Arman menatap Sofia yang wajahnya memerah saat ini.
Ini adalah pertama kalinya dia melihat wajah Sofia merah padam seperti ini.
Gelombang yang mengalir di matanya seperti air mata yang beriak. Dikombinasikan dengan kata-kata Bibi tadi, membuat tatapannya tiba-tiba membara.
Seolah bisa merasakan kehangatan dalam tatapan Arman, Sofia langsung menundukkan kepalanya karena merasa malu, kemudian berkata, "Arman, kamu sedang lihat apa?"
"Lihat kamu."
Arman mengatakannya dengan tiba-tiba.
Jantung Sofia langsung berdebar.
Wajahnya pun makin memerah.
Dia sontak mengangkat tangannya untuk menutupi wajahnya, kemudian berkata dengan manja, "Jangan menatapku lagi ... "
Namun, Arman tetap tidak berniat mengalihkan pandangannya.
Karena satu kalimat dari Sofia, tatapan Arman menjadi makin membara.
"Sofia, apa aku harus mengunci pintu?"
Nafas Arman sudah terasa berat.
"Kenapa harus mengunci pin

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda