Bab 10
Sesampainya di rumah, Valery segera membeli dan mengunduh sebuah perangkat lunak pemindaian menggunakan ponselnya. Kemudian, dia langsung memindai bagian awal dan tengah novelnya yang berisi 450.000 kata.
Pada awalnya, dia merilis 50.000 kata, lalu setelah kontraknya disetujui, dia merilis 50.000 kata lagi. Setelah itu, dia memutuskan untuk lebih santai.
Mulai sekarang, dia hanya akan merilis 10.000 kata setiap harinya.
Setelah selesai memindainya, dia menyobek-nyobek novel tersebut dan membuangnya.
Valery masih belum yakin apakah dia akan mendapatkan royalti atas novel tersebut. Sepertinya dia baru akan mengetahui hasilnya awal bulan depan. Jika buku ini sukses, dia akan meminta Michael untuk mencarikan bagian akhirnya.
Ke depannya, dia berencana meminta Michael untuk mencari lebih banyak novel di toko buku!
Mengingat teknologi di sana hampir sama dengan di sini, dia yakin Michael pasti juga memiliki ponsel.
Sebagai tambahan, Valery menjual perhiasan bekasnya di Tokopedia dengan harga mulai dari dua juta hingga dua puluh juta.
Meskipun label harga asli perhiasan tersebut hanya ratusan ribu rupiah saja, perhiasan-perhiasan ini memiliki desain yang modern dan menarik.
Baru beberapa jam dipasarkan, perhiasan-perhiasan itu sudah banyak terjual!
Dia pun segera mengirimkan seluruh pesanan ke gerai pengiriman yang ada di desa.
Usahanya ini membuahkan hasil yang sangat baik sehingga saldo tabungannya kini mencapai seratus juta.
Dia mendapatkan semua uang itu hanya dalam waktu beberapa hari saja!
Dia benar-benar tidak pernah menyangka akan memiliki uang sebanyak itu di dalam rekeningnya.
Perasaan bahagia langsung menyelimuti dirinya. Dia yakin dirinya akan menjadi makin kaya asalkan Michael tidak mati kelaparan di dunia pasca kiamat itu.
Dia pun segera memeriksa ruang dimensinya dan mendapati bahwa semuanya dalam keadaan tenang. Sepertinya Michael masih tidur.
Bagaimana pun, ada perbedaan waktu antara dunianya dengan dunia mereka.
"Ting!"
"Sore ini kita harus latihan di rumahku."
Seketika itu juga, Valery ingat bahwa dua hari lagi Wendy akan menikah. Jadi, dia pun segera berganti pakaian untuk pergi ke rumah Wendy.
Rumah Wendy terletak di ujung timur desa dan jaraknya cukup dekat sehingga bisa ditempuh dengan berjalan kaki selama sepuluh menit.
Selama di perjalanan, Valery membuka aplikasi novel di ponselnya dan melihat karya tulisnya yang telah diterbitkan.
Pada hari pertama kontrak kerjanya mulai berlaku, dia telah mempublikasikan 50.000 kata, sehingga total keseluruhannya menjadi 100.000 kata. Dia bahkan belum merilis sisa-sisa buku yang sudah dipindainya.
Namun, hanya dengan 100.000 kata yang telah dia rilis, karyanya langsung populer dan masuk dalam jajaran tiga besar buku pendatang baru. Para pembaca pun menantikan kelanjutan ceritanya.
Dia memperkirakan bahwa bukunya akan menjadi sangat populer. Dia pun penasaran berapa banyak penghasilan yang akan dia dapatkan dari hasil tulisannya bulan ini. Saat memikirkan hal tersebut, Valery pun merasa sangat bersemangat.
Saat melihat kolom komentar, dia melihat banyak pembaca yang terus memberikan tanggapan dan beberapa di antaranya bahkan memberikan hadiah berupa koin.
"Valery?" sapa seseorang dengan nada tak percaya dari arah depan.
"Ternyata memang kamu! Aku nggak menyangka akan bertemu kamu di sini! Aku hampir nggak mengenalimu!" ujar Wendy dengan penuh keterkejutan saat melihat Valery.
Valery dalam ingatannya memiliki kantung mata, kulit gelap, dan selalu mengenakan kacamata tebal. Satu-satunya ciri khasnya adalah suaranya yang merdu. Itulah sebabnya Wendy mengajaknya menjadi pendamping pengantin.
Namun, gadis yang ada di hadapannya sekarang terlihat sangat berbeda. Dia tidak lagi memakai kacamata, matanya bersinar cerah, dan kulitnya pun menjadi putih.
Bagaimana bisa kenyataan yang ada saat ini berbeda dengan ingatannya?
Karena warna kulit Wendy tidak cerah, dia mencari pendamping pengantin yang berkulit lebih gelap agar dirinya bisa lebih menonjol.
Valery juga jarang pulang selama berkuliah dan pertemuan terakhir mereka sepertinya saat tahun baru lalu. Perjalanan pulang menggunakan bus biasa memakan waktu semalam suntuk, sementara pesawat dan kereta cepat terlalu mahal baginya.
"Wendy! Selamat atas pernikahanmu, ya!" Valery baru saja mengetahui bahwa novelnya sukses besar, jadi saat ini suasana hatinya sedang berbunga-bunga.
Seulas senyum tipis mengembang di wajah Wendy, tetapi senyuman tersebut terlihat agak dipaksakan.
"Ayo masuk! Nanti ada Lucy juga yang akan jadi ada pendamping pengantin."
Lucy? Apakah maksudnya Lucy Camille?
Dalam ingatan Valery, Lucy adalah anak kecil yang sangat gemuk.
Pernikahan Wendy akan dilangsungkan besok pagi dan rumahnya pun sudah dihias dengan meriah.
Orang-orang pun hilir mudik dan mereka semua adalah kerabat dekat dari desa yang sama dan sudah saling mengenal satu sama lain.
"Wah Valery sudah datang! Sudah punya pacar belum?"
"Katanya gajimu lumayan besar ya di kota?"
"Sebulan bahkan bisa dapat puluhan juta!"
"Valery, tahun ini kamu sudah 22 tahun, 'kan? Kalau belum punya pacar, apa mau Tante kenalkan ke seseorang?"
Beberapa ibu-ibu berkumpul sambil bergosip dan makan kuaci.
"Perempuan harusnya segera menikah dan membangun rumah tangga. Lihat Wendy, dia sudah sukses. Punya apartemen di kota, jadi PNS pula! Hidupnya pasti stabil!"
"Perempuan juga harus mencari pasangan yang baik!"
"Valery, kalau kamu belum punya pacar, kami bisa carikan untukmu."
Saat Valery kembali ke desa, semua orang selalu bertanya tentang gajinya.
Mereka juga bertanya apakah dia sudah memiliki pacar atau kapan akan menikah.
Jika sudah memiliki anak pertama, mereka akan langsung mendesaknya untuk memiliki anak kedua dan ketiga.
"Valery sudah berubah drastis dalam setengah tahun ini. Dia jadi cantik sekali!"
"Benar! Aku bahkan hampir nggak bisa mengenalinya."
Wendy tampak tidak senang mendengar pujian yang diberikan orang-orang kepada Valery. Jika Valery menjadi pendamping pengantin di pernikahannya besok, dia takut akan tersaingi.
Awalnya, Wendy ingin berhemat, tetapi akhirnya dia rela membayar 400 ribu untuk menyewa orang lain.
Wendy pun menarik Valery ke samping dan berkata dengan ragu-ragu, "Valery, sepertinya kamu nggak bisa jadi pendamping pengantinku karena ternyata orangnya sudah cukup."
Valery terkejut mendengar pernyataan tersebut.
Namun, sebenarnya dia juga tidak ingin menjadi pendamping pengantin Wendy. Jadi, keputusan tersebut sangat menguntungkannya.
"Oke, nggak apa-apa."
"Ubi jalar di kebunku nggak laku! Padahal tahun lalu harganya lumayan mahal, tapi tahun ini nggak ada yang mau membelinya."
"Kamu juga tanam ubi jalar, ya? Aku juga! Besok aku mau panen."
"Di kabupaten juga nggak laku, jadi aku harus bawa ke kota. Tapi, harga bensin dan biaya pengiriman ke kota mahal sekali! Sepertinya tahun ini kita nggak bakal untung."
Mata Valery bersinar terang saat mendengar berita tersebut. Dia teringat pada Michael yang kekurangan makanan dan ubi jalar adalah makanan yang bergizi dan mengenyangkan.
Apalagi, saat ini harganya sedang murah, sehingga dia bisa membeli semuanya dan mengirimkannya ke Michael.
"Tante Eva, berapa banyak ubi jalar yang Tante tanam?"
"Hampir tiga hektar! Aku pikir tahun ini akan laku keras seperti tahun lalu, jadi aku menanam banyak."
Valery ingat bahwa tahun lalu ubi jalar kering sangat populer. Itulah sebabnya penjualannya laku dengan sangat cepat. Namun, sayangnya tahun ini pembelinya menurun drastis.
"Tante Eva, ubi jalar Tante dijual berapa?"
"Tahun lalu 1,200 per kilo, tapi tahun ini hanya 300 per kilo," ujar Tante Eva dengan raut wajah penuh kekhawatiran.
"Tante Eva, aku akan beli semua ubi jalar Tante. Nanti Tante timbang saja semuanya dan aku akan membayarnya!"
"Apa?" Tante Eva mengira dia salah dengar.
Ubi jalar miliknya lebih dari dua hektar!
Mungkin beratnya bisa mencapai beberapa ribu kilogram!
"Valery, jangan bohong sama Tante. Kita tetangga dekat, aku nggak mau kamu cari masalah denganku."
"Tante, berikan nomor WhatsApp Tante padaku. Nanti, aku akan transfer uang mukanya satu juta! Kalau aku nggak bisa ambil semua, Tante nggak usah mengembalikannya."
Jika hasil panennya mencapai dua ton dan ubi jalar tersebut terjual dengan harga beli 600 rupiah per kilogram, totalnya hanya 1,2 juta. Namun, Valery sudah mentransfer uang mukanya sebanyak satu juta!
"Aku juga menanam dua hektar kentang, apa kamu berminat untuk membelinya juga?" tanya Tante Eva sambil tertawa.
"Valery, aku juga menanam ubi jalar. Apa kamu tertarik untuk membelinya? Aku akan kasih diskon untukmu," ujar Pak Jeffrey yang ada di sampingnya.
"Aku juga menanam ubi jalar jenis ini, aku akan kasih harga 800 per kilogram!"