Bab 45
Saat ini, di ponsel barunya hanya ada dua nomor tersimpan. Satu milik Xander, satu lagi milik Jeffry.
Begitu melihat nama Xander, dia refleks melirik ke arah sofa tempat Nayla duduk. Sepertinya, setelah marah, dia kembali luluh dan ingin menanyakan kabar Nayla. Shania pun mengangkat telepon. "Halo?"
"Ke sini dulu sebentar."
Hanya empat kata singkat yang terdengar dari seberang.
Shania terpaku sejenak, lalu segera menjawab, "Baik."
Setelah menutup telepon, dia menoleh ke Nayla. "Pak Xander memanggilku. Bu Nayla, duduk dulu, ya. Aku segera kembali."
Kepala Nayla yang bersandar di bantal perlahan terangkat. Sepasang matanya yang dingin menyapu Shania dari atas ke bawah, seakan tiba-tiba memahami sesuatu. Dia tersenyum miris. "Pergilah."
Shania hanya diam.
Apa maksud tatapan dan ekspresinya itu?
Dia ingin menjelaskan, tetapi malah merasa kalau dijelaskan, justru akan terdengar mencurigakan.
Hatinya jadi agak kesal.
Sudahlah, entah salah paham atau tidak, nanti juga akan tahu sendiri.
Dia p

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda