Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa
Pelabuhan TerakhirPelabuhan Terakhir
Oleh: Webfic

Bab 13

Wulan sudah datang lebih dulu di lapangan dan menunggu Shania di sana. Dia memakai rok olahraga berwarna kuning telur, rambutnya ikal, dia tampak cantik dan memesona. Saat memperhatikan penampilan Shania, Wulan merasa kesal. "Lihatlah penampilanmu, sekalian saja tutupi lehermu." Shania berkata dengan tersenyum, "Aku ke sini untuk melamar kerja." Shania tidak merasa ada yang salah dengan pakaiannya. Dia memakai setelan olahraga berwarna biru muda, rambut diikat rapi menjadi ekor kuda tinggi, riasannya natural, dan berpenampilan sopan." "Shania, pria itu tertarik dengan penampilan fisik." "Kalau kriteria sekretaris utama yang dicari Xander adalah wanita cantik, posisi itu nggak mungkin kosong sampai sekarang." "Kecantikan dan kemampuan itu nggak saling bertentangan," kata Wulan sambil cemberut. "Untunglah, aku membawa satu set pakaian olahraga tambahan, ukuran kita hampir sama, aku pinjamkan padamu." Sambil berbicara, Wulan memaksa Shania mengganti pakaiannya. Shania tidak enak menolaknya karena dia masih bergantung pada rekomendasi Wulan. Setelah mengganti pakaian, Shania keluar dengan penampilan yang seksi. Atasan tanpa lengan ketat berwarna putih dan rok mini lipit hitam yang menggoda, memperlihatkan lekuk tubuhnya, menonjolkan dada, pinggang, dan pinggulnya. Sepasang kaki putih dan ramping yang sempurna. Penampilannya dapat memikat pria mana pun. "Wah!" Wulan terkesima sambil menutup mulutnya. "Shania, ternyata kamu seksi sekali. Jevan beruntung menikahimu, tapi dia nggak menghargaimu, memangnya Qiara lebih seksi daripada kamu?" Shania mengabaikan dua kalimat terakhirnya. Shania memandang dirinya ke cermin, lalu berpikir dalam hati, "Kalau penampilanku seseksi ini, mungkinkah Xander bakal mengira aku berniat menggodanya?" "Wulan, menurutku ... " "Sst." Wulan melarang Shania bicara. Kemudian, Wulan mengeluarkan ponsel dari tasnya. "Halo, Pak Aldo, ya? Oh, kamu dan Pak Xander sudah sampai. Oke, kami segera ke sana." Mengetahui pria itu sudah tiba, Shania juga tidak enak minta pulang. Mereka pergi bertemu dengan Pak Aldo. Di perjalanan, Shania bertanya, "Wulan, apa kamu pernah bertemu dengan Xander?" "Boleh dibilang, aku pernah bertemu dengannya sekali. Saat masih berumur enam tahun, aku ikut orang tuaku mengunjungi rumah Keluarga Candrika untuk mengucapkan selamat tahun baru. Saat itu, dia juga masih kecil. Dia memiliki kulit putih, lembut, pipinya tembam dan sangat lucu. Sayangnya, saat umur 10 tahun, dia sekolah ke luar negeri, jarang berada di dalam negeri." "Oh, begitu ..." Kulit putih, lembut dan tembam ... Shania jadi terbayang roti daging. Mobil golf berbelok di jalur lapangan. Di depan, terbentang luas lapangan rumput. Di kejauhan, ada hutan dan danau, sementara di dekatnya, ada dua pria mengenakan pakaian olahraga sedang mengobrol. Shania menatap salah satu dari mereka, matanya langsung terbelalak. Pria yang mengenakan atasan biru tua dan celana coklat adalah Aldo Kusuma. Di samping Aldo, ada seorang pria yang lebih tinggi, mengenakan pakaian olahraga putih. Pria itu memiliki tubuh tegap, bahu lebar, dan pinggang ramping. Wajahnya kalau dilihat dari samping, tampak sangat tampan, dengan bentuk wajah yang sempurna, seolah-olah dia terlahir dengan pesona alami. Dia merasa sedikit gelap di depannya. Shania sudah pernah bertemu dengan Aldo sebelumnya, jadi pria yang di sebelahnya adalah ... Xander Candrika! Tiba-tiba, Shania mendengar Wulan berkata dengan penuh semangat, "Astaga, dia berbeda jauh dengan sosoknya waktu kecil. Kenapa dia jadi setinggi dan setampan itu? Gawat! Aku jadi tergila-gila dengannya!" "Gawat!" "Gawat? Kamu juga jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Xander?" " ... " Ekspresi wajah Shania lebih mirip seperti orang menangis. Mobil golf berhenti. Dua pria yang sedang mengobrol itu, akhirnya berhenti dan memperhatikan mereka berdua. Aldo melambaikan tangan ke arah mereka berdua dengan tersenyum. Namun, Aldo terkejut saat melihat Shania. Xander tampak terkejut sesaat, kemudian ekspresinya berubah menjadi dingin dan menakutkan, memberi kesan tidak ramah. Wulan mengajak Shania berjalan mendekati mereka. Shania terpaksa harus menghadapi situasi ini. Meskipun harapannya tipis, Shania tidak boleh menyerah. "Pak Aldo, Pak Xander." Saat menghampiri mereka, Wulan menyapa dengan antusias dan segera memperkenalkan Shania kepada Xander, "Dia adalah sahabatku, namanya Shania Wenas. Kali ini, dia datang ke sini untuk melihat langsung kehebatan Pak Xander dalam bermain golf." Shania merasa gugup, tetapi dia memaksakan diri untuk tersenyum. Aldo mengejek, "Sudah kuduga, awalnya aku heran, tumben sekali Nona Shania tertarik bermain golf dan memakai riasan secantik ini, ternyata ingin bertemu dengan Pak Xander. Kamu sungguh berani." Shania tidak memedulikan ejekan Aldo. Setelah menyapa Aldo, Shania menyapa Xander, "Halo, Pak Xander. Ini pertama kali kita bertemu. Senang berkenalan denganmu." Setelah mengatakan itu, Shania baru menyadari ada yang salah pada ucapannya. Matanya bergetar ... Shania mengutuki mulutnya sendiri! "Pertama kali bertemu?" Xander menatap wajah Shania. Shania berusaha terlihat sopan dan tenang walaupun dia merasa malu. Dia pura-pura tidak paham dengan pertanyaan Xander. Sambil tersenyum, Shania berkata lagi, "Aku benar-benar senang berkenalan denganmu." Setelah mengatakan itu, Shania menatapnya dengan gugup dan penuh harap. Tatapan mata Shania seperti mengisyaratkan, "Jangan bikin aku malu, ya ... " Xander sepertinya mengerti arti tatapannya, kemudian dia berkata, "Nona Shania, kamu terlihat gembira sekali." Xander mengatakannya dengan senyuman menawan. Setiap kata yang dia ucapkan sangat lembut. "Hah!" Senyuman Xander membuat Aldo dan Wulan terkejut. "Xander terpikat?" pikir Aldo dan Wulan. Wulan melirik ke arah Shania, seolah-olah mengatakan, "Lihatlah, nggak salah aku menyuruhmu ganti pakaian, 'kan? Kamu punya tubuh yang indah, harus dimanfaatkan dengan baik." Shania menghela napas. Sebaliknya, Shania menyadari bahwa ucapan Xander barusan adalah kata-kata sindiran. Akhirnya, mereka mulai main golf. Xander pintar bermain golf, permainan Aldo juga bagus. Wulan dan Shania juga bermain beberapa kali, tetapi mereka bukan serius ingin bermain. Setelah beberapa putaran, mereka pergi ke tempat teduh untuk beristirahat. Wulan sengaja meminta Aldo menemaninya ke toko dalam klub untuk memilih tongkat golf baru untuk memberi kesempatan Shania berduaan dengan Xander. Xander duduk. Shania membuka botol minuman dan memberikannya kepada Xander. Tindakannya ini seperti sedang menjilat bos. Xander menatap tangan Shania sejenak, kemudian dia menerimanya. Namun, Xander tidak meminumnya, melainkan meletakkan botol itu di atas meja. Shania menghela napas panjang. "Apa sudah nggak ada harapan lagi?" pikir Shania dalam hati. "Nona Shania, kita baru pertama kali bertemu, tapi kamu repot-repot ingin mengenalku, nggak mungkin cuma mau tahu ukuran bajuku, 'kan?" Xander mengusap keringat di dahinya dengan tisu basah, gerakannya santai dan anggun, nada bicaranya terdengar santai. " ... " Ucapannya penuh dengan sindiran. Shania mengatupkan bibirnya. Setelah berpikir sejenak, Shania berkata lagi, "Memang aku salah mengatakan ini adalah pertama kali kita bertemu. Sebelumnya, aku meminta ukuran bajumu kepada Pak Leo ... karena nggak sengaja membuat kotor jasmu, jadi aku ingin membeli jas sebagai gantinya." "Tujuan saya ingin bertemu dengan Anda hari ini karena saya dengar Anda sedang mencari sekretaris." Ketika menyebut tentang lamaran pekerjaan sebagai sekretaris, Shania mengubah panggilan kamu menjadi Anda untuk menunjukkan kesungguhannya. Xander menaruh tisu dan berkata blak-blakan, "Kamu nggak cocok." Setelah mengatakan itu, Xander berdiri dan berjalan ke arah hutan di belakang. Tanpa bertanya apa-apa, langsung ditolak. Perasaan tidak terima membuat Shania berdiri dan mengejarnya. Ketika mereka berjalan ke hutan, tidak jauh dari jalur golf, Jevan sedang duduk di mobil golf bersama klien, Qiara juga ikut dengannya. Ketika Jevan melihat ke arah punggung seorang wanita bertubuh seksi dan ramping itu, alisnya langsung mengernyit.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.