Hati yang Patah
“Kalian pasti tau di mana keberadaan Christopher!”
“Katakan!”
“Jangan membohongiku karena kalian memanglah tangan kanan dia!”
Liora terus memukul bahu salah satu anak buah Christopher yang selalu bergantian, berjaga di depan sejak kemarin. Kini, ia menjadi sasaran telak atas emosi dan juga kepedihan yang sedang membuatnya kalut.
Ia terbangun dan tidak mendapati Christopher terbaring di brankar. Sebuah secarik kertas di tinggalkan di atas bantal, dibubuhi tanda tangan Christopher.
“Aku ingin bertemu dengannya! Dia tidak bisa pergi begitu saja di saat aku sudah berjanji untuk selalu ada di dalam suka dan dukanya!”
“Liora ...”
Gabriella berusaha menarik kedua bahu perempuan di hadapannya yang terus dengan bertubi-tubi memukul anak buah Christopher. Gabriella merasa sedih, melihat betapa frustrasi Liora yang terus saja tidak terkendali, berteriak dan menangis.
“Apa kalian bisu?!”
“Nyonya ... Hanya beberapa orang saja yang mengetahui di mana keberadaan Tuan Harcourt bersama Ibunya. Bahkan,
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda