Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 4

Di tengah momen genting seperti ini, Cedric malah duduk di sofa dengan santainya. Ujung jarinya yang lentik mengetuk-ngetuk tepi sandaran tangan dengan gerakan yang anggun dan bermartabat. Cedric bersikap dengan begitu tenang seolah-olah dia tidak terlibat dalam situasi ini! Aduh, dasar pria tidak berperasaan satu itu! Tolong selamatkan Isabel! Tak! Sepatu hak tinggi Kate pun berhenti tepat di depan tirai. Rasanya Isabel mau menangis! Dia memejamkan matanya rapat-rapat sambil otaknya berputar mencari alasan dan bersiap untuk mati saja .... Tepat pada saat itu, Cedric akhirnya angkat bicara. "Kate, di sini nggak ada anggur merah. Tolong belikan sebotol buatku." Kate sontak berhenti berjalan. Mereka memang tidak terlalu dekat, tetapi Kate sudah sering menghabiskan waktu bersama Cedric dan tahu betul betapa pemilihnya pria itu. Mana mungkin Cedric mau menenggak anggur merah yang dibeli dari toko murahan? Meskipun begitu, Kate tidak mungkin membantah Cedric. "Oke." Setelah itu, Kate berjalan keluar dari vila. Namun, saat keluar dari pintu, dia melirik sepasang kaki yang ada di bawah tirai dan sorot tatapannya langsung berubah. Memangnya dia buta apa? Mana mungkin dia tidak melihat sepasang kaki yang begitu jelas itu! Kate jadi ingin tahu wanita seperti apa yang berani merayu tunangannya! Wanita seperti apa yang berani-beraninya mencoba menggoda Cedric yang bermartabat dan tegas itu? ... Setelah Kate berjalan pergi, suasana vila pun kembali sunyi. Jantung Isabel yang semula berdebar ketakutan akhirnya menjadi lega. Gawat, gawat, tadi gawat sekali. Nyaris saja dia ketahuan. Untung saja .... Akan tetapi, dia yang diam-diam bersembunyi sampai dibantu oleh Cedric seperti ini terkesan seperti ada hubungan spesial di antara mereka. Isabel pun berjalan keluar dengan wajah yang merona malu. "Terima kasih buat yang tadi, aku pergi dulu ...." "Pergi?" cibir Cedric sambil menatap Isabel dengan tajam. "Kenapa wajahmu sama persis dengan Kate?" Nada bicara Cedric terdengar begitu dingin seperti sedang menginterogasi seorang tahanan. Makna dibalik perkataannya sudah jelas, Isabel tidak boleh pergi begitu saja. Isabel pun berhenti melangkah. Wajar saja wajahnya sama persis dengan Kate, mereka 'kan saudari kembar. Waktu pertama kali bertemu saja mereka sama-sama kaget. Namun, alasan apa yang bisa Isabel gunakan agar Cedric tidak tahu faktanya? Sikap ragu Isabel membuat ekspresi Cedric menjadi begitu dingin. Dia pun bangkit berdiri dan menghampiri Isabel, lalu menatap wanita itu sambil bertanya dengan nada yang terdengar sangat dingin. "Operasi plastik? Mau jadi tumbal buang sial? Atau mau merayuku?" Nada bicara Cedric terdengar sangat sarkas. Isabel sontak mengernyit. Apa? Operasi plastik? Merayu? Hei, setiap jengkal tubuhnya ini asli dan sama sekali tidak pernah menjalani prosedur operasi plastik! Enak saja Cedric bicara! "Hei, Pak, justru mulut dan tanganmu duluan yang menyentuhku, oke?" sahut Isabel. "Aku ke sini cuma buat mengantarkan pesananmu, tapi kamu malah memelukku dan bilang aku berakting atau apalah itu terus menciumku. Aku bisa menuntutmu atas tindak pelecehan seksual!" Membahas apa yang terjadi di antara mereka tadi membuat Isabel kembali tersipu malu. Sepanjang hidupnya, Cedric tidak pernah diomeli oleh siapa pun. Bahkan seorang presiden saja harus memperlakukannya dengan hormat. Sekarang, gadis ini malah mau menuntutnya? Apa katanya tadi? Pelecehan seksual? Cedric pun memicingkan matanya dengan dingin. "Oh? Sana, tuntut kalau mau. Kita lihat apakah polisi akan memproses tuntutanmu atau mereka justru akan menghukummu di depan tunanganku dengan tuduhan kamu masuk ke rumahku secara ilegal." Suara Cedric yang memikat itu terdengar begitu mengintimidasi. Cedric adalah orang yang berkuasa, sementara Isabel hanya rakyat jelata. Tentu saja siapa yang akan menang dan siapa yang akan kalah sudah jelas! Meskipun begitu, Isabel benar-benar tidak bermaksud mendekati Cedric! Isabel merasa kesal dan frustrasi. Jelas-jelas Cedric dulu yang memeluk dan menciumnya, tetapi alih-alih meminta maaf, dia malah berbalik asal menuduhnya? Betapa Isabel ingin sekali mencabik-cabik Cedric! Isabel pun balik menatap Cedric dengan berani. "Pak, pernah dengar soal anak kembar, nggak? Namaku Isabel, aku adik kembar Kate! Kebetulan saja kita bertemu, aku tadi sembunyi karena satu dan lain hal sehingga nggak enak kalau aku muncul di hadapan kakakku. Aku takut kakakku salah paham. Kalau nggak percaya, silakan selidiki sendiri." Suaranya Isabel terdengar tegas dan mantap. Cedric pun mengernyit. Kembar? Dia sama sekali tidak terpikir akan kemungkinan ini. Sejak kapan Kate punya adik kembar? "Lalu, Pak, kamu ini buta juga ya sampai salah mengenali istri sendiri! Aku nggak akan pernah menyukaimu ataupun merayumu! Selamanya nggak akan mungkin!" Setelah itu, Isabel mengangkat dagunya dan berbalik badan, lalu berjalan pergi dengan angkuh. Cedric menatap sosok Isabel yang berjalan pergi, ekspresinya sontak menjadi lebih serius. Buta? Tidak menyukainya? Kenapa perkataan Isabel itu seolah-olah Cedric tertarik kepadanya? Akan tetapi .... Sudut bibir Cedric pun berkedut saat teringat bagaimana tadi dia mencium Isabel. Kok bisa-bisanya dia tertarik pada Isabel? Rasanya seperti malam yang memuaskan empat tahun lalu itu ....

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.