Bab 2
Tiga tahun kemudian.
Di Kota Sidona.
"Isabel, pelanggan dari Vila Seine sudah menelepon lagi dan mendesakku. Kamu belum antar makanannya?" tanya teman baik Isabel di ujung telepon sana.
Isabel pun berjalan melewati perumahan yang rumit sambil membawa makanannya. Setelah lama mencari, dia akhirnya melihat vila no.99.
"Sudah, sudah, baru ketemu tempatnya."
"Syukurlah. Dari suaranya pelanggan itu kedengarannya orang yang dingin, sepertinya pelanggan yang tinggal di sana itu orang kaya raya atau semacamnya. Hati-hati saat berurusan dengannya, ya, jangan sampai menyinggungnya."
"Iya, oke." Isabel pun menutup telepon, lalu berdiri di depan pintu dan membunyikan belnya. Sehabis mengantarkan pesanan ini, dia akan langsung pulang.
Pintu mewah itu pun terbuka secara otomatis dan Isabel sontak tertegun!
Karena pria yang berdiri di hadapannya tampak begitu tampan dan memikat. Wajahnya yang dingin dan tanpa ekspresi itu masih terpatri kuat dalam ingatan Isabel!
Di ... di ... dia ... dia adalah pria yang menghabiskan satu malam dengannya bertahun-tahun lalu itu, Cedric Jeron!
Ternyata Cedric datang ke Kota Sidona!
Bagaimana ini? Setelah Isabel pergi tahun itu, dia pikir dia tidak akan pernah bertemu dengan Cedric lagi! Sekarang mereka malah bertemu! Apa yang harus dia lakukan?
Cedric juga menatap Isabel dengan saksama, alisnya agak mengernyit.
Isabel mengenakan rok hitam selutut dan celemek berenda putih.
Selama sepuluh tahun mengenal wanita ini, baru pertama kali ini Cedric melihatnya berpakaian seperti ini.
"Ganti gaya, hmm?"
Eh? Gaya? Gaya apa?
Isabel sontak kaget dan kebingungan, tetapi langsung teringat akan ucapan kakaknya untuk berpura-pura tidak saling mengenal dengan Cedric sekalipun mereka bertemu secara kebetulan.
"Ini pesananmu, Pak. Totalnya 192 ribu. Silakan bayar."
Isabel pun menyerahkan makanan itu kepada Cedric, dia ingin menyelesaikan pesanan ini secepatnya. Namun, Cedric malah menatapnya dengan penuh minat tanpa berniat mengambil pesanannya. Isabel sudah mengulurkan pesanan itu selama beberapa saat, tetapi Cedric tidak kunjung menerimanya.
Sialan, kenapa kesannya main tarik-ulur begini!
Rasanya seperti ada arus listrik yang menjalar dari tangan mungil Isabel ke tubuh Cedric. Sorot tatapan pria itu pun meredup. Dia mencengkeram pergelangan tangan Isabel dan memeluk wanita itu.
"Lagi akting? Boleh juga, aku suka."
Wajah Isabel yang mendadak dipeluk Cedric dengan erat pun sontak menjadi merah padam!
Akting?
Bisa-bisanya Cedric memeluknya!
Isabel refleks berusaha mendorong Cedric menjauh dengan panik. "Pak, aku nggak paham apa maksudmu. Cepat lepaskan aku ...."
Isabel yang meronta membuat aroma harum tubuhnya tercium dengan jelas oleh Cedric.
Sorot tatapan Cedric pun menjadi makin dalam.
Dia selalu menahan diri selama sekian tahun ini, kecuali pada malam itu. Sekarang, emosinya langsung tidak terkendali di saat wanita satu ini hanya berganti pakaian?
"Jangan gerak-gerak," ujar Cedric mengingatkan dengan suara pelan.
Cedric juga tidak bisa menjamin apa yang akan terjadi apabila Isabel terus meronta.
Namun, mana mungkin Isabel diam saja!
Dia tidak ingin menjalin hubungan apa pun dengan Cedric! Lagi pula, untuk apa Cedric memeluknya begini!
Isabel akhirnya menggigit Cedric.
Gigitannya cukup kuat, tetapi tidak berarti apa-apa bagi pria. Justru tindakan Isabel itu makin menyulut gairah Cedric!
Batas terakhir rasionalitasnya akhirnya rusak. Cedric pun menggenggam bagian belakang kepala Isabel.
"Kate, kamu berhasil malam ini."
Deg!
Kate! Ya ampun, ternyata Cedric mengira Isabel adalah Kate! Pantas saja ....
Eh, tapi berhasil apanya?
"Umph!" Belum sempat Isabel bertanya, Cedric sudah mencium bibirnya dengan ganas dan rakus.
Mata Isabel sontak terbelalak lebar saking kagetnya. Pria ini sudah gila, ya! Masa mendadak menciumnya!
Tidak, tidak, yang sedang Cedric cium itu "kakak"nya.
Isabel jadi merasa gelisah dan bersalah.
Empat tahun lalu, dia mengalami mimpi buruk karena dianggap Cedric sebagai Kate. Apa kesialan itu harus terulang lagi sekarang?