Bab 1
"Lebih kuat lagi!"
"Aaahhh!" jerit Isabel Huran dengan kesakitan, bayinya pun lahir sambil menangis kencang.
"Sudah lahir, sudah lahir! Anaknya laki-laki!" seru para dokter dengan bersemangat.
"Dia sama tampannya seperti Pak Cedric!"
Isabel terbaring lemas di atas ranjang rumah sakit, dia menatap putranya yang baru lahir dengan wajah pucat.
Bayi itu mungil, ukurannya paling sebesar anak kucing dan memiliki kulit yang putih. Dia menangis kencang sekali dan memang mewarisi ketampanan Cedric Jeron yang luar biasa itu.
Isabel pun tersenyum, lalu mengulurkan tangan hendak memeluk bayinya.
Namun ....
"Isabel, terima kasih sudah melahirkan anak itu buatku. Kuambil, ya." Seorang wanita cantik tiba-tiba mendahului Isabel dan mengambil bayi itu, lalu berbaring di atas ranjang dorong di samping Isabel.
Di bawah sinar lampu, wajahnya tampak sama persis dengan Isabel. Mereka kembar!
Isabel belum sempat menyentuh anaknya yang sudah terlanjur dibawa pergi oleh kakaknya. Dia merasa begitu pilu mendengar tangisan bayinya.
"Kak, aku ... aku mau membesarkan anak itu ...."
"Apa?" Kate Huran sontak terkejut, rasanya dia habis mendengar sesuatu yang sangat tidak masuk akal. Dia pun menatap Isabel dengan tidak percaya.
"Isabel, apa kamu sadar apa yang kamu bicarakan?"
"Kamu itu baru berusia 19 tahun dan masih lajang, terus kamu mau bagaimana menjelaskan asal-usul anakmu? Kamu mau semua orang tahu kalau kamu tidur satu malam dengan Cedric? Kamu mau mencoreng nama baik Ayah, Ibu dan semua keluarga kita? Kamu mau anakmu jadi anak haram yang dihina semua orang?"
Rentetan pertanyaan Kate itu membuat wajah Isabel menjadi pucat.
Selama ini, dia tumbuh besar di desa dan baru dibawa pulang ke keluarga tahun lalu. Namun, dia secara tidak sengaja tidur dengan Cedric dan berakhir hamil!
Cedric tidak tahu soal Isabel. Pria itu menganggap Isabel adalah Kate, kakaknya. Isabel juga tidak berani mengatakan apa pun.
Dengan kata lain, selama sembilan bulan ini, "kakak"-nya yang hamil dan melahirkan anak Cedric!
Jika kebenarannya sampai terungkap, semua orang pasti akan membenci Isabel, lalu ....
Sorot tatapan Isabel makin terlihat putus asa.
Kate pun memegang pundak Isabel dan berujar menghiburnya, "Isabel, kalau dia jadi anakku, dia adalah tuan muda sah Keluarga Jeron. Aku akan memperlakukannya seperti anakku sendiri dan membesarkannya bersama Cedric."
"Kamu balik saja ke desa dan jangan pernah ke sini lagi. Ini semua kulakukan demi kebaikanmu dan anakmu. Menurutlah padaku."
Setelah itu, Kate melirik ke arah dokter.
Salah seorang dokter pun mengeluarkan jarum suntik.
"Ini apa, Kak?" tanya Isabel dengan kaget.
Kate berkata, "Nggak usah takut, ini obat bius untuk menghilangkan rasa sakit. Kamu tidur saja, semuanya akan berlalu."
Setelah itu, para dokter pun menyuntikkan obat itu ke tubuh Isabel.
Isabel sontak merasa lemah, kesadarannya perlahan memudar.
Para dokter mendorong Isabel ke balik tirai.
Sementara Kate dan anaknya didorong keluar ....
Di luar ruang bersalin, tampaklah seorang pria yang bertubuh tinggi, dingin dan tampan.
Dia mengenakan jas dan sepatu kulit, garis wajahnya tampak tegas, kakinya jenjang dan ramping. Pakaiannya yang dikancing hingga ke atas membuat auranya benar-benar terasa seperti pria matang yang perkasa.
Dialah Cedric Jeron, CEO termuda yang sudah lama menduduki peringkat satu sebagai orang terkaya dan tertampan di muka bumi serta menjadi pujaan para wanita di penjuru dunia!
Sorot mata Kate sontak menjadi berbinar. "Cedric, kamu sudah datang!"
Dia pun teringat sesuatu, lalu mengelus bayi dalam pelukannya dan berkata dengan suara lemah.
"Ini bayi kita .... Aku hampir mati kesakitan tadi, tapi Cedric, aku senang sekali bisa melahirkan bayimu."
"Cedric, tolong jangan putuskan pertunangan kita demi anak ini, ya?"
Setahun yang lalu, Cedric bersikeras untuk memutuskan pertunangan. Namun, karena kejadian tidur semalam Isabel yang dijemput dari desa itu, Cedric menganggap Isabel adalah Kate dan akhirnya luluh.
Sekarang, anak ini adalah satu-satunya kesempatan Kate untuk menjadi istri Cedric.
Cedric menatap bayi itu dengan sorot tatapannya yang bermartabat. Dia jadi teringat betapa ganas dan kasarnya dia saat memaksa "Kate" malam itu. Dia pun tersenyum.
"Oke, besok kita daftarkan pernikahan."