Bab 18
Di saat Cedric sedang bertanya-tanya, dia mendengar bunyi pintu dikunci dari seberang sana.
Cedric sontak bergidik.
Dasar wanita sialan! Memangnya dia pikir Cedric akan melakukan apa terhadapnya!
Pikiran Isabel terlalu jauh!
Malam itu berlalu dengan damai.
Keesokan paginya.
Cedric dibangunkan dengan suara riang putranya. "Ayah."
Jarang sekali Cedric mendengar putranya memanggilnya, jadi Cedric membuka matanya dengan ekspresi lembut. "Kenapa, hmm?"
Kelvin mengulurkan tangannya untuk menarik Cedric turun.
Langkahnya sedikit tergesa-gesa, ekspresinya terlihat gembira.
Ada apa ini? Hari masih pagi.
Kelvin menarik Cedric yang kebingungan ke taman belakang. Pada saat itulah Cedric melihat pemandangan yang luar biasa.
Semua tanaman langka dan eksotik yang tumbuh di taman itu sudah dipangkas membentuk bentuk-bentuk tertentu.
Ada yang berbentuk panda gemuk, kelinci lucu, kambing sedang melompat, juga seorang peri bunga yang cantik .... Setiap bentuk itu terlihat sangat memesona dan hidup.
Tata letaknya juga sangat pas sehingga kesannya seperti sedang berada di tengah hutan yang indah.
Benar-benar memukau.
Kelvin yang masih anak-anak dan lugu itu merasa sangat senang. Dia berjalan menghampiri tanaman yang berbentuk kambing, lalu menyunggingkan seulas senyuman lebar yang selama ini belum pernah dia tunjukkan. "Aku suka yang ini, aku suka semuanya! Apa ini kejutan dari Ayah?"
Suara Kelvin terdengar begitu lugu, senyumannya sangat manis.
Cedric belum pernah melihat putranya sepolos dan seceriwis ini. Dia tidak tahu harus menjawab apa untuk sesaat, jadi dia akhirnya berkata, "Kamu main dulu, ya."
Setelah Kelvin pergi bermain, Cedric pun menatap Frans di belakangnya. "Apa kamu habis menyuruh orang untuk memangkasnya?"
Frans menggelengkan kepalanya. "Nggak, aku juga kaget begitu bangun pagi ini. Kalau aku tahu Tuan Muda Kelvin suka yang seperti ini, aku pasti sudah belajar kesenian supaya Tuan Muda Kelvin bisa tersenyum seperti anak kecil kebanyakan."
Bukan?
Lantas, siapa?
Frans pun menjawab rasa penasaran Cedric.
"Aku sudah memeriksa rekaman CCTV dan yang memangkas semua ini ternyata Isabel."
Isabel?
Cedric mengangkat alisnya dengan kaget.
Dia pun teringat kemarin malam menghukum Isabel untuk membersihkan seluruh vila. Cedric melakukannya karena memang ingin menyulitkan Isabel. Cedric pikir Isabel akan menangis, ternyata wanita itu malah memangkas taman?
Apa iya wanita muda sepertinya bisa begitu terampil seperti ini?
Cedric jadi punya kesan baru tentang Isabel.
Frans pun menghela napas. Seandainya saja Isabel adalah Kate dan tidak sebadung itu ....
...
Pukul 11:00.
Isabel terbangun dan sampai terjatuh dari tempat tidur saking kagetnya!
Astaga, dia malah tidur sampai pukul 11:00!
Aduh, memalukan sekali.
Isabel segera mandi dan turun. Dia kaget sekali melihat Cedric yang sedang duduk di depan jendela ruang tamu yang terbentang dari langit-langit sambil membaca buku.
Ya ampun, dia jadi merasa sangat malu!
Saking malunya, Isabel sampai tidak tahu harus mengucapkan selamat pagi atau selamat siang. Begitu melihat Kelvin, Isabel bergegas menghampiri dan memeluk anak itu.
"Kelvin, kemarin Bibi bilang mau mengajakmu beli baju baru, 'kan? Ayo kita pergi."
Kelvin pun mengiakan dan mengangguk. "Ayo, Ayah."
"E ... eh?" Kenapa Kelvin malah mengajak Cedric?
Isabel benar-benar terkejut.
"Ini pertama kalinya aku belanja baju, jadi Ayah harus ada bersamaku. Bibi nggak mau Ayah ikut?" tanya Kelvin.
Ya ampun.
"Nggak kok, nggak," elak Isabel. Sebenarnya, dia benar-benar tidak ingin Cedric ikut!
Isabel hanya bisa tersenyum dengan kikuk, lalu menggendong Kelvin keluar dan masuk ke dalam mobil.
Dia duduk seminggir mungkin agar tidak perlu banyak melihat ke arah Cedric.
Cedric menyadari gestur Isabel dan sorot tatapannya berubah menjadi dingin.
Bukankah Isabel seharusnya berusaha untuk lebih dekat dengannya? Kenapa wanita itu malah terlihat enggan? Apa dia sedang bermain tarik-ulur?
Untuk pertama kalinya, Cedric merasa tidak bisa membaca isi hati seseorang.