Bab 714
Farhan terdiam cukup lama. Jemarinya terus gemetar, menunjukkan betapa terguncangnya dia. Matanya memerah, berkaca-kaca saat bergumam, "Citra ... akhirnya ketemu ... "
Layaknya sebuah bendungan yang akhirnya jebol, seorang kakak laki-laki terisak menangisi kabar tentang adiknya.
Pria tua itu berjongkok di tanah dengan sekujur tubuhnya gemetar akibat tangis yang mendadak pecah. Bisa disimpulkan bahwa sebagai kakak, dia sangat dekat dengan sang adik. Jelas tangisnya ini bukan sekadar sandiwara.
Aku membantunya kembali berdiri dan bertanya lagi, "Pak Farhan, apa Pak Farhan dan Citra hanya dua bersaudara?"
Pada zaman mereka, seharusnya belum ada kebijakan keluarga berencana, jadi cukup jarang melihat keluarga di desa kecil hanya memiliki dua anak.
"Orang tua kami meninggal saat aku masih kecil, nggak lama setelah Citra lahir. Jadi, bisa dibilang akulah yang membesarkan dia. Dia itu anak yang baik dan penurut." Farhan menyeka air matanya, mengenang masa lalu bersama sang adik. "Waktu kecil
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda