Bab 497
Arya menatap bukti-bukti itu dengan tatapan nanar. Sesaat kemudian, tawanya meledak seperti orang gila. Tangannya perlahan-lahan terkulai lemah, sampai-sampai bukti-bukti yang dia pegang pun berhamburan ke lantai.
"Kamu gila, ya?" Yesa langsung memarahi Arya. Dia buru-buru berjongkok untuk mengumpulkan bukti-bukti yang berantakan di lantai.
"Mustahil!" Arya meneriaki Yesa dengan sikap tidak terima. "Mustahil! Dia pasti Shani, dia pasti Shani!"
Yesa mengira Arya telah kehilangan kewarasannya. Akhirnya, dia memilih untuk mengabaikan saja pria itu.
Arya ambruk ke lantai dalam keadaan syok. Kedua matanya merah padam karena kesedihan.
Dia enggan menerima fakta bahwa Shani telah meninggal. Terlebih lagi, dia tidak sanggup menghadapi kenyataan bahwa sikap egois dan angkuhnya-lah yang telah menjadi penyebab kematian Shani.
Ketika aku menyaksikan kondisi Arya yang terpuruk, aku pun merasa dia tampak menyedihkan.
Entah apakah Shani yang dulu benar-benar menyimpan rasa cinta terhadap pria ini.
Na
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda