Bab 496
Aku tahu betul bahwa suaraku tidak akan dapat terdengar oleh suamiku.
"Tunggu sampai semuanya selesai ... " Davin menyela sebelum aku dapat mengakhiri kalimatku.
Dia menyela dengan kata-kata yang sama persis denganku.
Aku menatapnya dengan ekspresi tercengang. Sorot mataku makin liar.
"Kalau sudah selesai, ayo kita cari sebuah pulau kecil ... " lanjutnya dengan suara lirih.
"Kita hidup berdua saja di pulau terpencil. Jauh dari siapa pun." Kepala Davin tertunduk lesu. Suaranya makin parau ketika dia mengucapkan kalimat tersebut.
Tatapanku terpaku pada Davin untuk beberapa saat. Pada akhirnya, aku membalas dengan suara lirih. "Baiklah, aku akan ikut denganmu."
…
Pada saat ini, kami tidak bisa saling menyentuh.
Padahal, jarak kami berdua sangat dekat.
Meskipun begitu, ikatan perasaan kami berdua terasa begitu nyata.
Mungkin, secara ilmiah dan medis, hal ini dapat dianggap sebagai gangguan psikologis. Namun, aku punya keyakinan bahwa roh orang yang telah tiada masih akan tetap bersama kita
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda