Bab 41
Mana yang lebih penting? Nyawa Shani atau emosinya Yuna?
Arya hanya terdiam lama sambil mengepalkan tangannya, lalu akhirnya berujar, "Oke, aku akan naik dan mengajaknya bicara. Tapi, ingat, dia nggak ada hubungannya dengan kejadian ini. Dia nggak wajib ..."
Ternyata Arya masih berusaha membela Yuna.
"Nggak ada hubungannya?" Aku spontan menertawakan alasan Arya. "Berani-beraninya kamu bilang ini semua nggak ada hubungannya dengan Yuna! Dia yang membohongiku untuk pergi ke sana! Aku terbunuh gara-gara dia membohongiku!"
Aku berseru dengan marah kepada Arya, tetapi tentu saja dia tidak bisa mendengarku.
Aku masih hidup saja dia tidak mau mendengarku, apalagi saat aku sudah mati.
Setelah Arya berjalan pergi, Ben pun bergumam, "Shani ... Ironis sekali kamu malah mencintai orang seperti itu."
Ya, memang ironis sekali aku mencintai orang seperti Arya.
Semua orang juga tahu betapa menyedihkannya aku.
Memang mencintai Arya adalah sesuatu yang paling kusesali.
Akan tetapi, dalam kurun waktu ini
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda