Bab 392
Tami memeluk Qiara dengan lembut sambil membisikkan sesuatu di telinganya, tetapi aku tidak bisa mendengar apa yang dia katakan.
Klik!
Tiba-tiba, seluruh lampu di lantai itu padam.
Seketika, tempat itu menjadi sunyi.
Semua orang menahan napas, mencoba menebak apa yang akan dilakukan oleh si Gila itu.
Saking heningnya, yang terdengar hanya suara napas orang-orang dan tetesan air yang jatuh. Tidak ada suara lain.
"Munginkah akan ada gas beracun? Tapi, lantai ini nggak punya ventilasi," tanya seseorang dengan suara gemetar penuh ketakutan. "Apa kita akan mati di sini?"
Orang-orang mulai gelisah.
"Kita harus gimana? Kita bisa apa?"
Di tengah kegelapan, sepasang tangan memegang pergelangan tanganku, seolah-olah meyakinkanku agar tidak takut.
Napasku tercekat sesaat. Aku bisa ... merasakannya. Sosok itu adalah Arya.
Arya melindungiku di belakangnya, menjagaku sambil perlahan mundur hingga punggungku menyentuh dinding.
Dalam kegelapan yang pekat ini, sisi jahat manusia makin nyata.
Kegelapan
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda