Bab 115
Aku bersandar di kursi dan menatap Arya untuk menyaksikan reaksinya.
Bukannya dia selalu percaya pada Yuna dan tidak percaya padaku? Sekarang, buktinya sudah terpampang di depan mata. Aku mau tahu alasan apa lagi yang akan dibuatnya.
Setelah rekaman itu selesai diputar, semua orang terlihat tidak senang.
Ben duduk di kursi sambil memainkan mancis di tangannya. Namun, merokok tidak diizinkan di ruang konferensi.
"Hal ini menyangkut nyawa seseorang," ucap Ben dengan suara yang rendah.
Arya masih tidak berbicara.
Tidak ada perubahan emosi di wajahnya, tetapi auranya malah menegang secara perlahan-lahan.
Aku memahaminya dan tahu dia sedang marah.
Itu adalah jenis kemarahan yang sangat menakutkan.
"Arya, kamu dan Yuna yang membunuhnya! Kalian semua adalah pembunuh!" ujar Clara dengan suara yang terdengar lemah. Dia mungkin bahkan tidak punya tenaga untuk bertengkar lagi.
Arya menatap Ben dengan dingin dan bertanya "Jadi, apa maksudmu memanggil orang gila ini datang kemari? Apa dia bukan pem
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda