Bab 2 Siapa yang Akan Mereka Selamatkan Lebih Dulu?
Kata-kata itu membuatku ingin tertawa. Jika radang usus buntu Sherly benar-benar kambuh, bagaimana bisa dia pergi ke bar untuk minum-minum?
Namun, tidak peduli seberapa tidak masuk akalnya alasan itu, Kelvin pasti akan memercayai kata-kata Sherly.
Di kehidupan sebelumnya, hanya karena Sherly berkata bahwa dia dibuat marah olehku sampai dadanya sakit dan sulit bernapas, Kelvin mengurungku di rumah. Dia menugaskan orang untuk menjagaku 24 jam, bahkan melarangku menghadiri perayaan ulang tahun ayahku.
Mengingat semua yang terjadi di kehidupan sebelumnya, aku menggertakkan gigi dengan penuh kebencian.
Rasa cintaku pada Kelvin sudah lama habis terkikis oleh perlakuannya yang semena-mena.
Namun, metode Kelvin ini .... Aku akui bahwa diriku yang sekarang masih belum sebanding dengannya!
Selain itu, masih ada kakakku yang seperti tim penghancur dalam hidupku.
Aku mengepalkan tanganku erat-erat. Di kehidupan ini, aku hanya ingin pergi sejauh mungkin dari Kelvin, melindungi kedua orang tuaku serta diriku sendiri.
Namun, aku tetap tak bisa menahan amarah di hatiku, lalu melontarkan sindiran.
"Apa nggak ada orang lain di sekitarmu? Apa perlu sampai kamu sendiri yang turun tangan?"
Aku menatapnya dengan tatapan dingin, lalu mencibir, "Pertama kali, kamu tertangkap kamera sedang menggendongnya. Kedua kali, kamu berkelahi demi dia. Apa berikutnya kamu akan tertangkap sedang berguling di tempat tidur dengannya?"
"Camelia!"
Kelvin berteriak marah sambil mengusap-usap pelipisnya dengan kesal. "Aku nggak ingin bertengkar denganmu. Bukankah dulu kamu sendiri yang memintaku menjaga Sherly? Sekarang kamu malah curiga. Sebenarnya kamu mau aku bagaimana?"
"Kalau kamu nggak percaya padaku, setidaknya percayalah pada adikmu yang tumbuh besar bersamamu!"
Ketika mendengar itu, aku hanya tertawa dingin.
Di kehidupan sebelumnya, aku yang terlalu percaya pada Sherly malah berakhir dengan mengenaskan.
Sherly mempelajari desain interior, bidang yang sangat cocok dengan bisnis real estate Keluarga Wijaya.
Waktu itu, sebelum aku tahu tentang ambisi jahat Sherly, aku selalu memikirkan masa depannya sebagai adik angkat yang tubuhnya lemah.
Agar dia bisa meraih prestasi besar, aku meminta bantuan Kelvin agar dia bisa masuk ke Grup Wijaya sebagai desainer di sana.
Namun, siapa sangka dia justru makin membenciku. Dia menganggap aku sengaja tidak membiarkannya masuk ke Grup Sunardi karena takut dia akan merebut harta warisanku.
Padahal, dia sudah mulai iri padaku sejak lama.
Dia merasa bahwa meskipun sama-sama memiliki nama keluarga Sunardi, aku memiliki 10% saham Grup Sunardi, sedangkan dia tidak punya apa-apa.
Dia juga merasa iri karena aku memiliki tunangan sehebat Kelvin.
Menurut Sherly, berada di sisiku sebagai saudaranya sebenarnya sama saja dengan menjadi pelayanku. Dia merasa harus selalu menurutiku. Dia tidak bisa menerima hal ini.
Semua ini baru aku ketahui di kehidupan sebelumnya ketika kami berdua terjebak dalam kebakaran. Saat itu, dia sendiri yang mengungkapkan semuanya.
Aku merasa konyol ketika mendengar pengakuannya. Aku juga baru menyadari bahwa orang yang telah bersamaku selama bertahun-tahun ini ternyata memiliki pikiran seburuk itu.
Dia tidak pernah memikirkan tentang pelayan mana yang mendapatkan kehidupan sebaik dirinya?
Dia tinggal bersamaku, makan bersamaku, menghadiri berbagai pesta mewah bersamaku, bahkan memiliki kesempatan mengenal banyak orang dari kalangan atas.
Selama bertahun-tahun ini, aku selalu memperlakukannya seperti adik kandungku sendiri. Masalah saham dan urusan perusahaan, semua itu adalah keputusan orang tuaku. Aku tidak bisa mengubahnya.
Selain itu, aku selalu memberikan hal-hal terbaik untuknya. Namun, semua itu dia anggap sebagai belas kasihan.
Dari hubungan antara aku dan dia, terbukti bahwa kebaikan tidak akan selalu mendapat balasan yang baik.
Kebakaran itu ternyata adalah ulah Sherly. Dia mengundangku ke rumah barunya untuk minum-minum. Saat aku mabuk dan tertidur, dia membakar rumah itu. Namun, anehnya dia sendiri tidak melarikan diri.
Ketika terbangun karena tercekik oleh asap tebal, aku hanya untuk melihat dia berdiri di dekatku sambil tersenyum seperti iblis yang muncul dari neraka.
Setiap kata yang keluar dari mulutnya adalah tuduhan atas "dosa-dosaku" selama ini. Aku merasa semua itu sangat tidak masuk akal, tetapi aku tetap mencoba untuk melarikan diri. Namun, pintu ternyata telah dikunci olehnya.
Sherly menarikku kembali, mencekik leherku sambil tertawa puas.
"Aku sudah mengirim pesan ke Kelvin dan Eric. Yang satu adalah suamimu, sementara yang satu lagi adalah kakak kandungmu. Menurutmu, siapa yang akan mereka selamatkan lebih dulu?"
Aku memakinya gila, tetapi aku tak bisa melepaskan diri dari cengkeramannya.