Bab 10
Sesampainya di kota yang baru, aku tidak langsung menghubungi Johan.
Hal pertama yang kulakukan adalah mengunjungi sahabatku dari masa kuliah, namanya Intan Wijaya.
Aku ingin menceritakan rahasiaku padanya.
Namun, saat ini aku masih merasa bingung tentang bagaimana cara menceritakan hal ini padanya.
Tidak disangka, di acara penyambutan yang diatur oleh Intan, aku bertemu dengan Johan.
Johan mengenakan setelan jas hitam, berdiri di pintu ruang VIP.
Johan menyampirkan mantel yang berwarna senada dengan jas di lengannya.
Cahaya lampu yang terpantul pada lukisan dinding di belakangnya begitu memukau dan berwarna-warni, menciptakan pancaran cahaya yang menakjubkan.
Johan berdiri di luar cahaya itu, seolah-olah segala sesuatu di sekitarnya hanya menjadi latar belakang untuk menonjolkan dirinya.
Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, dia kelihatan lebih tampan dan lebih santai dibandingkan saat kuliah dulu.
Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, sekarang dia adalah tunanganku.
Aku tersipu malu.
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda