Bab 1767
Liana melompat maju tanpa ragu, tubuhnya seakan tak peduli pada bahaya di depan.
Namun Pembantai Darah mengayunkan telapak tangannya, melepaskan kekuatan dahsyat yang menyebar ke seluruh penjuru. Energi tak terlihat itu seperti gerbang tak kasat mata, menolak siapa pun untuk mendekat.
"Memang merepotkan," gumamnya sambil menatap Adriel yang tergeletak.
Ia mengulurkan tangannya, menghentikan pendarahan Adriel. Hatinya penuh kegelisahan.
Jika Adriel mati, warisan Tabib Agung akan lenyap, dan dirinya akan menghadapi hukuman berat dari organisasinya.
Namun, saat mencoba menyelamatkan Adriel, tiba-tiba dia menyadari bahwa pendarahan itu tidak bisa dihentikan. Kehidupan dalam tubuh Adriel terus merosot dengan cepat.
Di tengah pertempuran, salah seorang bawahan Pembantai Darah berteriak, "Guru! Ketua memanggilmu, segera ke kota Sentana!"
Pembantai Darah mengernyitkan dahi, lalu menjawab, "Aku mengerti."
Tujuan utama Enam Jalur Puncak Kematian kali ini adalah mendapatkan warisan Tabib Agung se
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda