Maukah Kamu Menungguku?
"Gimana keadaan kamu, Val?"
"Buruk," sahut Val, menjawab pertanyaan Kevin yang baru menelponnya setelah beberapa hari menghilang karna ponselnya di sita oleh Ken.
"Maafin aku Val, kamu jadi menanggung semua ini sendirian. Sebenarnya, aku pengen banget ke sana sekarang tapi kamu tau sendiri kan, Mas Ken melarangku ikut campur."
Val hanya diam tak menyahut, dalam hati ia kesal sekali dengan kakaknya Kevin. Dengan sengaja dia menyembunyikan Kevin agar tidak terlibat dengan masalah ini.
Padahal, Kevin adalah satu-satunya orang yang harus bertanggung jawab atas kehamilannya. Tapi karna Ken ingin sekali melindungi adiknya, akhirnya dia yang menanggung semua beban ini sendirian.
Lagi pula, Kevin bisa apa? Dia hanya seorang anak laki-laki yang sedang memuaskan rasa penasarannya. Segala hal yang membuatnya penasaran akan ia coba, termasuk berhubungan badan dengan lawan jenis. Tanpa memikirkan akibatnya.
"Seandainya permintaan maaf kamu bisa membuat keadaan berubah seperti sedia kala," desah Val dengan wajah muram, membuat Kevin semakin merasa bersalah.
"Maafin aku ya, Val. Aku cuma seorang pengecut yang sembunyi di balik Mas Ken yang selalu melindungiku," ucapnya.
"Awalnya aku jengkel dengan keputusan kakak kamu itu, tapi setelah kupikir-pikir, dia ada benarnya. Setidaknya orang tuaku tau bahwa kakakmu sudah dewasa dan bisa bertanggung jawab atas kehamilanku."
"Ya kamu benar."
"Justru aku nggak bisa bayangin, kalau mereka tau bahwa anaknya hamil dengan teman sekolahnya, pasti orang tuaku akan lebih terluka."
Kevin terdiam. Dalam hati dia bersyukur punya seorang kakak yang benar-benar bisa melindunginya. Ada perasaan sesal yang memenuhi dadanya ketika teringat bagaimana sikapnya selama ini pada Ken.
Dia yang selalu mambantah setiap ucapan Ken, yang selalu membuat onar demi melampiaskan rasa kehilangannya akan sosok orang tua, dan puncaknya, dia menghamili pacarnya sendiri.
Kevin sungguh merasa bersalah pada Ken, seorang kakak yang selalu ada, yang selalu siap melindunginya. Bukan hanya ucapan tapi juga dalam bentuk perbuatan. Dan Ken sudah membuktikan semuanya.
"Kapan kamu akan berangkat ke luar negeri?" tanya Val.
"Mas Ken cerita soal itu juga ke kamu?"
"Iya. Dia cerita semuanya. Tentang rencananya untuk mengirimmu ke luar negeri dan menjauhkanmu dariku. Bahkan, dia menyuruhku untuk pura-pura tidak mengenalmu. Dia benar-benar tak ingin kamu terlibat. Dan jujur saja, awalnya aku merasa sangat benci padamu karna seolah kamu cuci tangan dalam masalah ini."
"Ya aku tau. Seharusnya aku yang ada di sana menemanimu, Val. Bukannya Mas Ken. Kamu bahkan nggak mengenalnya."
"Kenapa semua jadi seperti ini, Kev ... Bukan ini yang aku mau ...," samar-samar, Kevin mendengar suara isak tangis Valerie.
"Val ... Astaga, kamu nangis? Ya Tuhan ... Please jangan nangis, aku nggak tahan kalau denger kamu nangis, sayang. Udah ya ... Kamu percaya sama Mas Ken, dia yang akan melindungimu."
Val tidak menjawab. Hanya terdengar suara isakan yang semakin kencang, membuat dada Kevin ikut terasa sesak.
"Aku janji, setelah semua ini reda. Aku akan kembali padamu. Setelah aku tumbuh dewasa dan bisa melindungimu. Sampai saat itu tiba, maukah kamu menungguku?"
Pertanyaan Kevin benar-benar membuat hati Val tercabik-cabik. Kevin benar-benar akan meninggalkannya dan menitipkan dirinya pada Keanu. Padahal, Val berharap Kevin yang ada bersamanya sekarang, bukan kakaknya yang arogan dan pengatur itu.
***
Di saat semua teman-teman sekolahnya sedang merayakan acara kelulusan dengan meriah dan penuh antusias. Val justru sedang terbaring lemas karna gejala kehamilannya yang semakin parah.
Di tambah lagi kondisinya yang stres membuatnya drop. Bahkan berat badannya turun drastis, membuatnya terlihat pucat dan kuyu.
Nadin yang sesekali masih berkomunikasi dengan Val makin merasa curiga dengan keanehan yang terjadi pada Val.
Dia tak mau lagi berhubungan dengan teman-temannya. Selalu menolak saat di ajak jalan, bahkan Val melewatkan prom night yang sudah di tunggunya sekian lama.
Malam itu, Ken kembali mengunjungi rumah Val atas undangan orang tua gadis itu. Mereka berencana membicarakan akad nikah yang akan di lakukan secara tertutup. Hanya keluarga inti saja yang tahu, dan Ken juga tak berniat memberi tahu Kevin.
Adiknya itu tidak tau apa-apa soal rencana pernikahan Ken dan Valerie. Kalaupun tau, Kevin tidak akan bisa berbuat apa-apa, karna pemuda itu sudah berjanji akan menuruti semua rencana Ken untuknya.
"Kamu jadi ngirim Kevin ke luar negeri?" tanya Val yang malam itu menemui Ken, setelah lelaki itu selesai berdiskusi soal kapan pelaksanaan pernikahannya dengan Val.
"Sesuai rencana awal," sahutnya tanpa menoleh.
Ini pertemuan Ken dengan Valerie untuk yang kesekian kalinya, dan entah mengapa setiap kali bertemu dengan gadis ini, degup jantungnya tiba-tiba memburu. Padahal jelas-jelas Ken tidak menyukai Val.
Apa yang salah dengannya?
"Padahal aku pengen banget ketemu Kevin," kedua mata Val mulai berkaca-kaca. Beberapa hari ini dia intens sekali berhubungan dengan Kevin lewat sambungan telpon dan juga video call, namun hal itu tak bisa menyurutkan perasaan rindunya yang mendalam pada Kevin.
Sudah berapa lama ia tidak bertemu dengan kekasihnya itu?
"Seharusnya kalian berpikir panjang sebelum melakukan hal semacam ini. Lihatlah, semua orang merasakan akibat dari perbuatan kalian," ujar Ken, membuat Val menunduk dalam-dalam. Merasa sangat bersalah.
"Kalau aku tau akan jadi seperti ini, pasti aku sudah menolaknya dengan tegas," sesal gadis itu.
"Bukannya kamu yang sudah menggoda Kevin?" sinis Ken.
"Aku? Menggoda Kevin?" dengus Val. "Jaga ya mulut kamu. Aku ini bukan gadis penggoda!" geramnya, seraya melayangkan tatapan tajam ke arah Ken.
Bisa-bisanya cowok sok ganteng itu menuduhnya menggoda Kevin, padahal Kevinlah yang sudah mengajak Val berbuat seperti itu.
"Kalau nggak tau apa-apa. lebih baik kamu diam. Jangan bersikap seolah-olah kamu tau segalanya," gerutu Val. "Demi Tuhan, aku benar-benar membencimu!"
"Oh, bagus," sahut Ken. "Kupikir cuma aku yang tidak menyukaimu," balas Ken tak kalah ketus, membuat Val benar-benar ingin meremas lelaki di hadapannya ini hingga remuk.
***