So Beautiful
“Kabar baik soal apa?” tanya Val dengan kening mengerut, merasa penasaran dengan kabar yang dibawa Ken untuknya.
“Duduk dulu,” kata Ken sambil menepuk sofa di sebelahnya.
Val menghela napas pelan, sebelum menuruti perkataan Ken untuk duduk lagi di sofa.
“Kenapa?”
“Jangan marah dong,” ujar Ken dengan wajah memohon.
“Aku nggak marah, aku cuma kesel.”
“Sama aja, Valerie.”
“Nggak sama, Ken.”
“Apa bedanya?”
Gadis itu berdecak, “Aku pergi nih,” ancamnya.
“Jangan dong.” Ken buru-buru meraih jemari Val dan menggenggamnya erat, agar gadis itu tidak kabur lagi. “Aku cuma mau bilang kalau semua lukisan kamu lolos seleksi. It means, semua orang di kantor suka sama hasil karya kamu.”
“Really?” Val membelalak kaget, tak menyangka kalau lukisannya diterima. Segala perasaan kesal yang sejak tadi memenuhi hatinya, seketika hilang entah ke mana.
Gadis itu tiba-tiba menghambur ke dalam pelukan Ken. Rasanya sangat menyenangkan saat hasil karya kita dihargai oleh orang lain. Val tidak pernah merasa sebahag
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda