Bab 589
Steven perlahan mengangkat tatapan matanya yang dalam dan gelap, dengan cahaya redup yang berkilauan. "Aku sudah sabar sejauh yang aku bisa, tapi hanya kali ini. Kali berikutnya, aku tidak akan menahan diri lagi."
Hendrik merasa sedih di dalam hatinya. Kenangan yang menyakitkan terlihat jelas di matanya, sementara wajahnya yang penuh keriput dipenuhi bayangan kesedihan.
"Maafkan aku, Kek, aku keterlaluan. Seharusnya aku nggak membahas kenangan sedihmu."
Dengan rasa bersalah, Steven memegang erat tangan kasar dan kering kakeknya dengan kedua tangannya yang hangat. "Aku tahu, kalau bukan karena itu, pewaris yang Kakek harapkan pasti Kak Stenly."
"Kak Stenly itu cucu yang tumbuh di bawah perlindungan dan harapan besarmu sejak kecil."
"Steven ..."
"Kakek, aku berutang budi sama Kak Stenly dan Kakek."
Steven hampir menangis, lalu tersenyum lembut. "Mempunyai seorang kakek yang benar-benar menyayangiku adalah sesuatu yang nggak pernah terpikirkan olehku saat aku kecil. Selain itu, aku nggak
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda