Bab 546
...
Dalam perjalanan pulang, Clarine menyandarkan kepalanya di bahu sang kakak, rasa kantuk mulai menghampirinya perlahan.
Clarine sempat ingin bertanya apa saja yang memang dibicarakan Rangga dengan Steven.
Namun, dia memilih untuk menahan diri. Sebab, sudah pasti bukan hal yang baik. Rangga memang terlihat tenang, tetapi sebenarnya, lidahnya setajam pedang, terkadang lebih kejam darinya.
Clarine tak ingin mendengar hinaan Rangga terhadap Steven. Bukan berarti hatinya masih menyimpan simpati, melainkan karena dia enggan melihat pria yang pernah dia cintai sepenuh hati menjadi begitu rendah di mata orang terdekatnya. Itu hanya akan menambah kekecewaannya.
"Clarine, sudah tidur?" Suara Rio yang lembut membuyarkan lamunannya.
"Belum, ada yang mau Kakak sampaikan?" Clarine terjaga dari rasa kantuknya.
"Clarine, apa kamu menyadari sesuatu?"
Clarine menatap kakaknya dengan raut bingung.
"Kamu nggak sadar ada sesuatu yang aneh antara Ariel dan Sara?"
Rio tersenyum tipis. "Entahlah, mungkin a
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda